Saturday, April 2, 2011

Sendiri

Tak perlu terhenti di sisa perjalanan ini, toh, dulu, sekarang atau esok pun kita berada di jalan yang berbeda. Tidak kah batin kita menyadari bahwa ‘sendiri’ adalah abadi?

Bukankah di kematian pun kita akan sendiri?

Maka akhirnya mesti dipahami, bahwa kita masih diberi arti untuk melewati segala cerita yang telah pergi…

Melihat bahagiamu seolah tak ingin ku mengusik. Kubiarkan saja tawa dan gelayut manjamu beralih pada satu sosok yang selama ini kamu pungkiri.

Kita sesungguhnya hanyalah selembar daun yang hanyut di permukaan sungai. Tak ada tangan yang bisa mencengkeram tepiannya. Juga tak ada tali yang terlempar dan menarik kita dari arusnya. Kita hanya ikuti alurnya kemana-mana.

Tuesday, February 22, 2011

Bertemu Kawan Lalu

Hari ini aku bertemu beberapa sahabat lamaku yang lama tak kujumpa. Yang kusuka adalah kehangatan mereka yang tak pernah layu. Serasa tetap menjadi bagian dari sebuah pelukan kekerabatan sekalipun waktu selalu pisahkanku.

Friday, February 18, 2011

Lyla - Rasa Biru

pernah ku coba tuk melupakanmu
bayangan tentang khilaf atas masa laluku
pernah ku coba tuk menemuimu
ternyata kau tak datang berharap lebih aku menunggu

haaaa aaaa menyakitkan
haaaa aaaa menyesatkan

separuh nafasku seiring hujan dan kau pun pergi
pergi untuk selamanya tak ku dapat isyarat maafmu
separuh nafasku seiring hujan dan kau pun pergi
pergi untuk selamanya tak ku dapat maaf darimu

rasa biru selimuti hatiku, rasa biru tetapkah di situ
rasa biru selimuti hatiku, rasa biru tetapkah di situ
rasa biru selimuti hatiku

 

Teman Yang Aneh

Aku mengenalnya lebih dari 5 tahun yang lalu. Hubunganku dengan dia dekat. Satu keanehan yang dia miliki adalah dia tidak pernah memberiku nomor HP-nya, sekalipun aku minta. Bahkan dulu, untuk tahu tanggal lahirnya pun aku harus berusaha sendiri (kayak artis aja deh!). Sekalipun akhirnya berhasil menemukan tanggal lahirnya, tetapi sampai hari ini aku tidak tahu nomor hp-nya. Sungguh seorang teman yang aneh...

*mungkin takut aku sms/telp mau pinjem uang hihihihi...

Friday, February 4, 2011

Kisah Pria Paruh Baya

Hujan deras tadi pagi mempertemukanku dengan seorang pria paruh baya di sebuah warung kopi. Perawakannya tidak terlalu tinggi, tapi terlihat gurat ketegasan di wajah dan telapak tangannya.

Setelah saling menanyakan hal-hal kecil yang tidak begitu penting (kerja dimana, sudah berkeluarga atau belum, rumah dimana, dsb) tanpa sadar alur pembicaraan mengarah ke cerita tentang hidupnya.

Sebuah kecelakaan menimpanya sepulang 'nyekar' keluarganya di salah satu kota di Jawa Tengah. Bus yang ditumpanginya menghantam sebuah truk yang parkir di kanan jalan di shubuh naas itu. Sopir dan 3 penumpang di bagian depan tewas mengenaskan. Sementara Pria paruh baya itu terjepit di bagian bawah tubuhnya. Tulang kaki kananya remuk, bahkan telapak kakinya tertinggal di dalam bus saat evakuasi.

Dengan sedih dia bercerita, bagaimana dia tidak merasakan sakit apapun karena --menurut istrinya-- dia koma selama 1 bulan lebih. Saat sadar kaki kanannya sudah diamputasi hingga di atas lutut.

Cerita yang membuatku iba di pagi hujan itu. Perasaan itu makin mendalam tak kala dia bercerita bagaimana beberapa kerabat yang membantunya justru menikamnya dari belakang. Dana asuransi yang dia terima ludes dikelola saudaranya. Bahkan sisa pengobatan di rumah sakit hampir 40jt tidak terbayarkan. Malangnya... Padahal nilai asuransi yang diterimanya hampir 2 kali lipat dari biaya rumah sakit itu.

Dibalik penyesalan atas sikap saudaranya itu, lelaki paruh baya di depanku tetap semangat melanjutkan hidupnya menafkahi istri dan dua anaknya yang masih kecil. Dan juga membayar cicilan kaki palsu yang dipakainya (Aku sempat melihat kaki kanan palsunya yang masih berwujud besi. Hanya bagian telapak kaki yang terbuat dari kayu dan sudah dilapisi karet. Jika sudah lunas, semuanya akan dilapisi karet hingga menyerupai kaki kirinya yang masih normal. Kurang enam juta lagi, katanya).

Pekerjaan apapun dilakukannya, membangun rumah, memasang ubin dan sebagainya. Sedikitpun tak ada bahasa tubuh atau tutur katanya yang berharap pada belas kasih dari orang lain.

Cerita berakhir ketika hujan mulai reda. Sedikit tertatih dia berjalan meninggalkan aku.

Semoga engkau dan keluargamu diberi kekuatan dan rezeki berlimpah, Pak. Amin.

Tuesday, December 14, 2010

Mencibir di Hasil Akhir

Hal paling sulit yang aku rasakan adalah menebak secara akurat keinginan seseorang. Setelah lama berkecimpung di dunia otak-atik gambar dan warna tetap saja kemampuan itu tak pernah sampai ke ujung tertingginya. Yang bisa aku lakukan adalah meraba hingga mencapai jarak terpendek dari keinginan seseorang atas 'pesanan' yang diinginkan.

Sebenarnya keinginan orang atas ide atau 'tindakan' kreatif kita juga tidak kaku sama persis dengan apa yang ada di otaknya. Dia akan membuka pintu 'negosiasi' karena sejujurnya orang tadi tidak tau pasti apa keinginan mutlaknya. Dia sadar, ini adalah kerja seni, bukan sains yang nilainya mutlak. Tapi itulah hebatnya kreatifitas, bisa memvisualisasikan keinginan seseorang yang disampaikan secara lisan, tidak runtut, dan kadang-kadang berbenturan dengan nurani seni atau 'kaidah-kaidah' kreatif sang creator.

Hal paling menjengkelkan adalah bertemu orang yang mendaulat nurani seni kita untuk menebak akurat-tepat-persis keinginannya, sedangkan dia tak mengerti apa yang dia sendiri maui, hingga dia mencibir di hasil akhir atas 'usaha seni' yang kita perjuangkan. Orang seperti inilah yang harus segera kita alt+ctrl+del eksistensinya karena asli ngeselin!

Monday, December 13, 2010

Kepentingan

Beberapa hari ini aku berpikir tentang 'kepentingan'. Kepentingan menjadi semacam tolok ukur paling tinggi untuk menyimpulkan 'ingin', 'harap', 'butuh', 'pamrih', dan nilai-nilai mutualisme yang lain. 'Kepentingan' ini malah menjadi semacam 'keinginan' yang tersirat dari sebuah hubungan. Hubungan apa? Hubungan apa saja, pertemanan, persaudaraan, keluarga dan lain-lain, bahkan permusuhan!. Aku masih ingat status salah satu kawan di facebooknya: Tidak ada pertemanan yang abadi, tidak ada permusuhan yang abadi, yang ada adalah kepentingan. Sungguh 'kepentingan' mempunyai arti yang sangat dalam.

Saat 'kepentingan' ini berlaku dalam sebuah hubungan sosial maka semua jalan berujung pada nilai-nilai keuntungan semata. Bisa keuntungan materi atau keuntungan non materi. Dan sebagai manusia, wajar jika mengakui semua mempunyai kepentingan. Kepentingan atas pekerjaan, kepentingan atas pergaulan, kepentingan atas kepercayaan; Kepentingan atas apapun!

Maka rambu "Dilarang Masuk Bagi Yang Tidak Berkepentingan" sesungguhnya masih terlalu absurd. Karena siapapun yang masuk pasti mempunyai kepentingan. Bahkan ketika seekor kucing memasuki ruang 'terlarang' itu!. Kucing itu pasti punya kepentingan; mencari makan, mengejar tikus atau apapun. Apalagi jika manusia yang memasukinya...

Kepentingan adalah segalanya karena keberadaanya melingkupi semua hasrat dan niat manusia atas sebuah hubungan. Tak ada yang tidak penting, karena semua mempunyai kepentingan.