Wednesday, September 24, 2008

Terjebak

Kantuk hinggapi aku lagi. Seharusnya mataku terbuka dan otakku bekerja. Tapi di ruangan ini hanya kantuk yang benar-benar jalankan tugasnya. Sisanya adalah suara orang-orang yang saling berbicara tentang konsep, mimpi dan strategi mencari uang.

Aku sudah coba ikuti aliran obrolan orang-orang pintar di sekelilingku, tapi apa daya. Keterbatasanku jauhkanku dari lingkaran konsep, mimpi dan strategi yang saling bersahutan di atas kepalaku.

Aku tertawa dalam hati. Bingung dengan apa yang mereka bicarakan. Atau mungkin justru mereka yang tertawakanku karena melihatku salah tingkah di dalam perkumpulan ini? Entahlah...

Aku berdoa mengharap waktu berjalan lebih cepat di ruangan ini. Supaya ini segera berakhir dan hidupku kembali pada keadaan sebelumnya.

Beban, Siapa Kamu?

Beberapa hari ini enerjiku terkuras untuk bekerja. Tak ada yang bisa hentikanku mengulik, menarik, mewarnai, menilai dan merasai apa yang muncrat dari kepalaku. Inikah kepatuhan? Inikah kreatifitas? Satu kepala, dua tangan dan seribu pekerjaan sepertinya perbandingan yang tidak seimbang. Apalagi jika ditambah dengan seribu persoalan. Tak jarang orang akan segera hinggap pada dahan-dahan muda kegilaan. Seperti aku.

Dalam satu Trilogi Pram (Pramoedya Ananta Toer) yang bertajuk Anak Semua Bangsa, kubaca sebuah kalimat yang sampai sekarang tertanam di kepalaku: "Mencari nafkah betapa harus meninggalkan beban". Sebuah kalimat yang selalu sadarkanku bahwa beban itu sebenarnya tidak ada. Beban itu nisbi. Beban itu berasal dari diri sendiri. Beban itu adalah bentuk pengkotakan pikiran pada sesuatu yang merasa tak sanggup dilaluinya. Putus asa? Bukan! Belum sampai pada taraf itu. Dalam hal ini aku masih melihat 'beban' adalah tanggung jawab yang harus aku rampungkan. Entah itu pekerjaan, persoalan atau apapun...

Satu hal yang masih ingatkanku bahwa kehidupan masih berjalan disekelilingku hanyalah gelap dan terang. Aku abaikan angka-angka pada jam dan kalender. Tolok ukur waktu kuhitung dari kapan kulihat senja dan kapan kulihat fajar; Kapan terlihat gelap dan kapan terlihat terang. Rupanya waktu masih kalahkanku (lagi) di bagian lain hidup ini. Tak apa! Itu tandanya hidupku berotasi. Aku berharap segera lalui ini dan masuk ke babak lain kehidupanku.

Tegar

Ia masih termangu melihat ujung gang, menunggu emaknya pulang membawa sekantung beras seperti kata emaknya tadi pagi.

"Gar, nanti emak nggak kerja, Emak mau antri beras di kampung sebelah. Jadi kamu di rumah aja nunggu Emak pulang."

"Ya, Mak," katanya sambil menyuapkan nasi terakhir dari piringnya.

Beberapa hari ini Ia rasakan Emak memang sering pergi. Kadang-kadang saat pagi masih gelap, emak sudah pergi entah kemana dan baru pulang menjelang mahgrib.

Yang paling disukainya adalah saat emaknya pulang membawa sekantung beras. Biasanya dari ujung gang itu, Emak teriak-teriak memanggilnya untuk membantu membawakan beras ke dalam rumah. Dengan lincah Ia langsung menyambut emaknya di ujung gang, melewati genangan air di sepanjang gang dengan lompatan kecil seperti kucing.

Rencananya jika sudah terkumpul banyak, Emak akan menjual sebagian beras itu dan uangnya akan digunakan untuk membelikannya baju lebaran. Tidak ada kegembiaraan lain selain membayangkan mempunyai baju bergambar robot seperti teman-temannya. Tidak melulu memakai baju orang dewasa seperti sekarang. Apalagi ia sering bertukar baju dengan emaknya. Malu kalo orang suka mengolok-oloknya.

"Gar, bajumu kembaran sama Emakmu ya?" Ledek Pok Romlah, pedagang gorengan yang suka mangkal di pos siskamling tak jauh dari rumahnya.

"Gar, kok bajumu kegedean?" Tanya Udin polos. Udin adalah satu-satunya teman di RT ini yang sering main dengannya karena sama-sama belum sekolah.

Bocah 4 tahun itu masih memandangi ujung gang sambil sesekali tersenyum membayangkan senangnya mempunyai baju baru untuk lebaran nanti. Sampai beberapa saat kemudian beberapa tetangganya berlarian menuju rumahnya. Tanpa permisi masuk ke dalam rumahnya, membersihkan tumpukan kardus, menyapu lantai tanah dan menggelar tikar yang tadinya terlipat di pojok ruangan. Tiba-tiba seorang tetangganya menggendongnya, menariknya duduk bersila di dalam rumah.

Tak lama kemudian terlihat beberapa orang membopong emaknya yang terkulai tak berdaya ke dalam rumah dan menyelimutinya dengan kain batik hingga menutupi wajahnya. Samar-samar ia mendengar orang-orang di sekitarnya bergumam. Ia tidak tahu apa yang dibicarakan, tapi ia mendegar beberapa kata; "antri zakat", "rebutan", "terinjak-injak".

Friday, September 19, 2008

Dewa 19 - Mahameru

Mendaki melintas bukit
Berjalan letih menahan menahan berat beban
Bertahan di dalam dingin
Berselimut kabut Ranu Kumbolo...

Menatap jalan setapak
Bertanya - tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta

Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sebuah legenda tersisa
Puncak abadi para dewa

Masihkah terbersit asa
Anak cucuku mencumbui pasirnya
Disana nyalimu teruji
Oleh ganas cengkraman hutan rimba
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta

Thursday, September 18, 2008

Sajak Kerinduan Untuk Kekasih Yang Terbenam di Bagian Lain Kehidupanku

Aku rindu
Aku rindu
Aku rindu
Aku rindu

Aku rindu
Aku rindu
Aku rindu
Aku rindu

Aku rindu
Aku rindu
Aku rindu
Aku rindu

Padamu...

Katon Bagaskara - Pasangan Jiwa

Kadangkala aku bertanya
dimana cinta berada
tersembunyi tiada kunjung menghampiri

Dua angsa memadu rindu
di danau biru bercumbu
pagut sepi ku di sini
letih hati

Begitu jauh waktu ku tempuh
sendiri mengayuh biduk kecil,
hampa berlayar
akankah berlabuh?
hanya diam menjawab kerisauan

Kadangkala aku berkhayal
seorang di ujung sana
juga tengah menanti
tiba saatnya

Begitu ingin berbagi batin
mengarungi hari yang berwarna
dimana dia pasangan jiwaku?
ku mengejar bayangan kian menghilang

penuh berharap

Kerispatih - Masih Ada

Jangan kau tanyakan lagi
Hatiku pasti untukmu
Meski aku tak sempurna
Tak mampu jadi yang terbaik

Apapun yang terjadi
Ku kan selalu menjagamu
Sebesar ketulusan hatimu

Masih ada rasa cinta disini
Yang sanggup membuatmu ada di hatiku
Takkan hilang
Dan masih ada kekuatan jiwaku
Tuk mempertahankan hidupku untukmu
Bersama slamanya

Semua yang telah kita lewati
Membuat kita dewasa
Untuk dapat memahami menjalani
Semua cerita cinta kita berdua

Apapun yang terjadi
Ku kan selalu menjagamu
Sebesar ketulusan hatimu

Masih ada rasa cinta disini
Yang sanggup membuatmu ada di hatiku
Takkan hilang
Dan masih ada kekuatan jiwaku
Tuk mempertahankan hidupku untukmu
Bersama slamanya

Bertahanlah untukku karena ku cinta kamu