Friday, December 11, 2009

Ari Lasso - Cintailah Aku Sepenuh Hati

Di dalam hatimu
T’lah aku temukan
Arti kebahagian

Bersama dirimu
Aku merasa berarti

Sanggupkah dirimu
Untuk bertahan
Hingga waktu tak berjalan

Mencintaiku
Walau bintangku tak terang

Cintailah aku sepenuh hati
Sesungguhnya aku
Tak ingin kau pergi
Takkan mampu ku hadapi dunia ini

Betapa hidupku takkan pernah sama
Bila kau tinggalkan ku
Tetaplah disini saling memiliki
Selama-lamanya

Tiada arti semua bila kau pergi

Genggamlah tangganku dan peluklah diriku
Saatku jatuh nanti menangis sepi

Thursday, November 26, 2009

Peterpan - Yang Terdalam

Kulepas semua yang kuinginkan
Tak akan kuulangi
Maafkan jika kau kusayangi
Dan bila kumenanti

Pernahkah engkau coba mengerti
Lihatlah ku disini
Mungkinkah jika aku bermimpi
Salahkah tuk menanti

Takkan lelah aku menanti
Takkan hilang cintaku ini
Hingga saat kau tak kembali
Kan kukenang di hati saja

Kau telah tinggalkan hati yang terdalam
Hingga tiada cinta yang tersisa
Di jiwa

Sunday, November 22, 2009

Nidji - Sang Mantan

Dulu aku kau puja
Dulu aku kau sayang
Dulu aku sang juara
Yang slalu engkau cinta
Kini roda telah berputar

Kini aku kau hina
Kini aku kau buang
Jauh dari hidupmu
Kini aku sengsara
Roda memang telah berputar

Mana janji manismu
Mencintaiku sampai mati
Kini engkau pun pergi
Saat ku terpuruk sendiri
Akulah sang mantan
Akulah sang mantan

Sakit teriris sepi
Ketika cinta telah pergi
Akulah sang mantan
Akulah sang mantan

Mana janji manismu
Setia sampai aku mati
Kini engkau pun pergi
Saat ku terpuruk sendiri

Mana janji janjimu

Thursday, November 19, 2009

Mulut Api

Aku lelah, tapi masih saja memaksa otakku menjaga keseimbangannya dengan segala daya. Sudah 28 jam lebih aku memacu mata dan otak kanan-kiriku untuk merumuskan kaidah-kaidah irasional ke dalam bentuk yang tak biasa. Dan di sini, menyendiri menenggak kopi adalah caraku mempertahankan kelopak agar tak menuntut mengatup.

Kulihat berkeliling: Manusia-manusia tanpa jiwa lalu lalang di sekelilingku dengan tubuh tegap, congkak dan penuh prasangka.

Di balik kelopak yang indah dan memantul warna warni lampu itu tersimpan kemarahan dan kebencian terhadap apapun yang di hadapannya. Pada kursi, pada meja, pada dinding dan tentu pada manusia 'terendah' yang duduk di lantai sambil mengerang.

Dan setiap mulutnya terbuka hendak bicara, semburan lidah api dan remah-remah kaca merobek dan membakar semua yang dihadapinya. Menyakiti hingga ulu hati, mengiris hingga darah mengalir amis.

Aku tak lagi sanggup melihatnya. Biarlah manusia-manusia tanpa jiwa itu menjalankan tugasnya sebagai dajal dari lidah api yang selalu membakar jiwa segala di hadapannya.

Aku menutup mata. Menghitung langkah dalam hati hingga manusia tanpa jiwa itu ada di sisi. Kopi ini harus kusiram ke mulutnya hingga apinya mati.

Monday, November 16, 2009

Mr. Big - Anything for You

You have me burnin' up
With your bad timing
One small moment
I'm lost in your love

I'm lost and innocent
Turn my head around
Your one liners
I can do without

Easy come, easy go
I can't back down baby
I should have let you know that

I would do anything for you
Anything for you
If I only had you by my side
I would do anything for you
Anything for you
So wave goodbye
Anything for you

One day comes
And I dissappear
You'll get your independance
Free and clear

Ah, you got it in you
A chance to make it work
Your heart will keep on beating
And I'll still hurt

Serieus - Kecuali Dia

Sayang
Pertama kali kita berjumpa dulu
Indah
Tak pernah aku dapat bayangkan lagi
Saat ini ku terlupa
Lupakan senyum manismu
Maafkanlah aku lagi

Sayang
Tak kan ada cinta
Yang dapat merenggut hatiku
Tak kan ada cinta
Yang dapat merenggut hatiku
Kecuali dia

Andai diriku ini tetap seperti dulu
Tak pernah kuhianati cintamu pada diriku
Saat ini ku terlupa
Lupakan senyum manismu
Maafkanlah aku lagi
Sayang

---------

Lagu ini berarti banyak buat hatiku, walaupun ringan tapi dalem

Tuesday, October 20, 2009

Megadeth - 1000 Times Goodbye

The tides of change pulled us apart
I feel a familiar pain
It seems like years since we've loved
Or even liked and that's a lonely way to be

Drifting alone in a sea of agony
Your face I can't recognize
Don't make this hard on us
I will miss you if you just go away

I did no right you did no wrong
Nothing left but wasted days
I regret you leaving
But I will never take you back

You know what? It's over
I just don't feel the same way as I used to
We've been together forever, but it's over

Goodbye 1000 times goodbye
The thought never crossed my mind
That this would be my last goodbye
Let me put pennies on your eyes
And kiss your lips one last goodbye
My love 1000 times goodbye

It seems nothing good is free
A good thing cost much more than the price
You were good but not that good
Don't kid yourself now it's time to beak up

Drifting alone in a sea of agony
Your face I can't recognize
Don't make this hard on us
I will miss you if you just go away

I did no right you did no wrong
Nothing left but wasted days
I regret you leaving
But I'll never take you back

Don't call me anymore.
It's just not
I don't feel the same way about you
Its not as good as it used to be

Goodbye 1000 times goodbye
The thought never crossed my mind
That this would be my last goodbye
Let me put pennies on your eyes
And kiss your lips one last goodbye
My love 1000 times goodbye

I'll always love you but just not like that
Like what?
I want to be honest with you I met someone else
You did what?
And I really, I really love him like I used to love you
Remember the time that I told you that
I was going out of town for business?
Well I went to see him
You know what? You suck!

Goodbye 1000 times
You'll always have a special place
In my heart you know that
It's just I can't be with you anymore it's over
Goodbye 1000 times
Things may not work out with him
Goodbye 1000 times
And if they don't
Goodbye 1000 times
Then I'll certainly call you
Goodbye 1000 times
You mean a lot to me
I still really want to be friends with you
I love you like you're my brother

Monday, October 12, 2009

Kla Project - Lepaskan

Nyala lilin jatuh
Di sudut ruang
Lena engkau dalam dekapan
Saat lara menyapa

Bayang raut wajahmu
Luruh di bahu
Cinta terasa perih berlagu
Merambahi buluh nadiku

Kasih, kisah kita tak dapat bersemi lagi
Sampai nanti
Karena beda antara kita memupusnya
Terharu aku

Lepaskanlah
Seluruh dukamu
Waktu pun berganti
Kau akan pahami

Ku gores warna ungu
Di kanvas kalbu
Kenangan manis tertinggal sendu
Memenuhi rumah batinku

---

Huhuhu....huhuhuu...pediiihhh....

Wednesday, September 30, 2009

Ungu - Dilema Cinta

Seberapa salahkah diriku
Hingga kau sakiti aku begitu menusukku
Inikah caramu membalas
Aku yang selalu ada saat kau terluka

Seberapa hinanya diriku
Hingga kau ludahi semua yang ku beri untukmu
Tak ada satu pun perasaan yang mampu membuatku begitu terluka

Namun ku terlanjur mencintai dirimu
Terlambat bagiku pergi darimu
Bagiku terlalu indah perasaan itu
Tak mudah untukku menjauh darimu

Telah ku coba segala cara
‘Tuk bahagiakan kamu
Merebut hatimu
Namun tak semudah yang ku bayangkan
Bila kau tak inginkan ku ’tuk di sisimu

Tak pernah kurasakan sebelumnya
Menginginkan dirinya hingga ku tak kuasa
Meyakini hatiku bahwa ku mampu berlalu

Namun ku terlanjur mencintai dirimu
Terlambat bagiku pergi darimu
Bagiku terlalu indah perasaan itu
Tak mudah untukku menjauh darimu

Namun ku terlanjur mencintai dirimu
Terlambat bagiku pergi darimu
Bagiku terlalu indah perasaan itu
Tak mudah untukku menjauh darimu

*Kampretttt...dalemmm...hik, hik, hik...

Anang - Separuh Jiwaku Pergi

Separuh Jiwaku Pergi
Memang indah semua
Tapi berakhir luka
Kau main hati
Dengan sadarmu
Kau tinggal aku

Benar ku mencintaimu
Tapi tak begini
Kau khianati hati ini
Kau curangi aku

Kau bilang tak pernah bahagia
Selama dengan aku
Itu ucap bibirmu
Kau dustakan semua
Yang kita bina
Kau hancurkan semua

Tuesday, September 29, 2009

Gigi - Perihal Cinta

Maaf bila melupakanmu
Satu hal yang telah terbiasa
Ku berjanji takkan berbuat
Satu kesalahan yang sama

Dan sedihku
Tak kuijinkan
Membawa semua kebahagiaan

Terkutuk bila aku
Melepaskan cintamu itu
Hanyalah satu rasa
Yang haruslah kuungkap
I love You so

Ingin aku melupakanmu
Berhenti tak membayangkanmu
Satu hari saja ku coba
Tapi memang ku tak terbiasa

Tuesday, September 15, 2009

Surat Cinta Rahwana

Konon, sebelum tragedi penculikan Shinta,  Si Raja Alengka Dasamuka alias Rahwana pernah jatuh cinta pada  Setyorini --seorang wanita bersuami-- yang tinggal di kerajaan Alengka. Tanpa sepengetahuan Indrajit --buah hatinya-- Rahwana menulis surat cinta kepada wanita itu...

Setyorini,
Tak hanya perasaanmu yang bergelut dengan ketakutan itu. Aku mengalami hal yang sama; Setiap saat ketakutan kehilangan kamu menghantuiku. Seperti yang selalu aku katakan kepadamu, ketakutan itu selalu berawal ketika aku melihatmu berjalan menuju rumahmu. Bukan ketakutan pada rumahmu, tapi pada apa yang sudah terjadi di rumahmu. Bahwa kamu adalah...dia adalah...kamar itu adalah...kasur itu adalah...ah, sampai kapan pikiran itu menyiksaku?


Dan percayakah Sayangku, kepedihan itu selalu menimbulkan dua kekuatan besar yang selama ini meninju-ninju ulu hatiku: Aku harus segera mengakhirinya atau Aku harus mendapatkanmu! Dua hal yang sama-sama berat untuk kuwujudkan. Jika aku harus mengakhirinya, sama artinya aku menutup pintu yang sudah Tuhan bukakan untukku. Dan ketika aku bersikeras mendapatkanmu, aku harus berpikir dua kali. Bukan karena aku tak mampu melakukannya, tapi lebih karena rasa berdosaku menjadi penyebab sakit hati orang-orang di sekeliling kita. Aku tau, kamu pasti paham seperti apa akibatnya, siapa saja yang akan tersakiti, dsb, dsb...

Setyorini,
Bertemu dan jatuh cinta padamu sungguh hal yang sangat tidak pernah aku bayangkan seumur hidupku. Selama ini aku merasa bahwa tidak akan pernah jatuh cinta lagi. Gombal banget! Perasaanku sudah tak menentu sejak melihatmu. Aku tidak tau, apakah perasaanku muncul karena kehampaan yang aku alami selama kurun waktu ini atau karena kuatnya sinyal yang kau pancarkan? Yang jelas segala rasaku telah kau lilit dengan indahnya pesonamu...


Rasa jenuh yang kualami selama kurun waktu yang tidak sebentar itu sungguh sudah mendorongku keluar dari kotak yang seharusnya kujaga di setiap sisinya. Jenuh? Bukan waktu yang membuatku memilih kata “jenuh” untuk mewakili persoalan rumah tanggaku, tapi lebih pada prinsip dan visi yang sampai saat ini tak kutemukan jalan keluarnya. Hingga pada jarak tertentu dan aku menyerah: Semua sudah tidak mungkin dilanjutkan lagi. Jika kutemukan kata yang lebih tepat untuk mengganti kata “jenuh” akan kuberitahukan kepadamu Sayang. Atau bantu aku menemukan kata untuk mewakili perasaan kecewa, bosan, putus asa dan marah atas sebuah perjuangan yang tak pernah berhasil...

Kekasihku Setyorini,
Apakah kamu percaya bahwa dari cinta yang sedemikian tangguh berangsur-angsur bisa menjadi dingin dan hampa? Mungkin kamu bingung karena kamu tidak pernah mengalami “cinta”. Tapi apa mau dikata, aku mengalami fase itu. Bahwa saat ini aku masih bertahan adalah karena tanggung jawab pada “buah hatiku” selain embel-embel rasa iba dan sejuta ketidakenakan pada dua keluarga yang secara tidak langsung sudah aku “nikahkan”. (Ada orang bijak bilang bahwa menikah itu bukan hanya ‘mengawinkan’ dua manusia, tetapi juga ‘mengawinkan’ dua keluarga besar!). Aku pusing sayang...mlethek sirahku!


Ketika aku bertahan seperti sekarang ini justru pihak yang paling merugi adalah aku! Tapi apalah artinya “aku” dibanding dengan “buah hatiku” dan dua keluarga besar itu?

Perbedaan antara kamu denganku mungkin bisa dilihat dari sini. Apa yang selama ini membebaniku berawal pada cinta yang mengesampingkan prinsip dan visi. Sementara kamu mengalami sebaliknya, prinsip dan visi yang menisbikan cinta. Entahlah, lebih beruntung aku atau kamu dalam hal ini. Aku tidak mau menghakimi. Toh, semuanya sudah berjalan seperti yang digariskan…

Setyorini,
Seperti yang sudah aku bilang kepadamu. Semakin bertambahnya hari, justru perasaan sayang dan cintaku kepadamu makin meninggi. Rasa takut kehilanganmu bahkan sudah menyentuh langit-langit akal sehatku (paling tidak untuk saat ini). Jika kubilang bahwa aku tidak rela kamu pulang ke rumahmu apakah masuk akal? Apakah realistis jika kubilang bahwa aku ingin kamu dalam pelukanku setiap aku membuka mata di pagi hari?


Sayangku....
Kalaupun ini berakhir suatu hari nanti, percayalah, bahwa aku tak akan melupakan apa yang telah terjadi antara kita. Kamu adalah satu hal terindah dalam perjalanan hidupku. Kamu-lah yang telah memberi api pada lentera kepalaku yang hampir saja padam...


Terima kasih atas cinta yang indah ini, Sayang (semoga tak pernah berakhir)...

I love you somuch
Rahwana

Utada Hikaru - First Love

Saigo no kisu wa
Tabako no flavor ga shita
Nigakute setsunai kaori

Ashita no imagoro niwa
Anata wa dokoni irundaro
Dare wo omotterundarou

You are always gonna be my love
Itsuka darekato mata koini ochitemo
I'll remember to be love
You taught me how
You are always gonna be the one
Ima wa mada kanashii love song
Atarashii uta utaerumade

Tachidomaru jikanga
Ugokidasouto shiteru
Wasuretakunaikotobakari
Ashita no imagoro niwa
Watashi wa kitto naiteru
Anato wo omotterundarou

You are always be inside my heart
Itsumo anata dakeno basho ga arukara
I hope that i have a place in
Your heart too
Now and forever you are still the one
Ima wa mada kanashii love song
Atarashii uta utaerumade

You are always gonna be my love
Itsuka dareka to mato koini
Ochitemo
I'll remember to be love
You taught me how
You are always gonna be the one
Mada kanashii love song
Now and forever...

Tatu - Loves Me Not

I complicated our lives
By falling in love with him
I complicated our lives
Now I'm losing my only friend
I don't know why, I had to try
Living my life on the other side
Now I'm so confused
I don't know what to do

He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me...

I started blurring the lines
Because I didn't care
I started crossing the line
Cause you were never there
No where to turn,
No one to help,
It's almost like I don't even know myself
Now I have to choose
I don't know what to do

He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me, she loves me
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me...

No where to turn,
No one to help,
It's almost like I don't even know myself
Now I have to choose
I don't know what to do

He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
He loves me, He loves me not
She loves me, She loves me not
Loves me not...

Anang dan Krisdayanti - Tak Pernah Menyesal

Mengapa kuharus menangis
Menyesali kepergianmu
Aku harus setegar karang
Kokoh berdiri di lautan
Yang tak akan hancur karena
Ombak yang tak tentu menerjang

Tak pernah menyesal mengenal dirimu
Jalan yang kutempuh tak tertuju padamu
Ku tak ‘kan sesali pengalaman cinta ini
Wanita terindah pernah jadi milikku
Pernah jadi milikmu

Bergantilah musim selalu
Mengingatkan aku padamu
Adakah kau mendengar aku
Menyebut memanggil namamu
Perlahan kucoba berdiri
Menahan perih dan bernyanyi

Mungkin kau pernah terluka
Jalanku tanpa dirimu hoo ho ho…

Andre Hehanusa - Kuta Bali

Sejak saat itu hatiku tak mampu
Membayangkan rasa diantara kita
Dipasir putih kau genggam jemari tanganku
Menatap mentari yang tenggelam

Semua berlalu dibalik khayalku
Kenangan yang indah berdua denganmu
Di Kuta Bali kau peluk erat tubuhku
Di Kuta Bali cinta kita

Bersemi dan entah kapan kembali
Mewangi dan tetap akan mewangi
Bersama rinduku walau kita jauh
Kasih?

Suatu saat di Kuta Bali

Samsons - Bukan Diriku

setelah kupahami
ku bukan yang terbaik
yang ada di hatimu
tak dapat kusangsikan
ternyata dirinyalah
yang mengerti kamu
bukanlah diriku

Kini maafkanlah aku
Bila ku menjadi bisu kepada dirimu
Bukan santunku terbungkam
Hanya hatiku terbatas tuk mengerti kamu
Maafkanlah aku

Walau ku masih mencintaimu
Ku harus meninggalkanmu
Ku harus melupakanmu
Meski hatiku menyayangimu
Nurani membutuhkanmu
Ku harus merelakanmu

dan hanyalah dirimu
yang mampu memahamiku
yang dapat mengerti aku
ternyata dirinyalah
yang sanggup menyanjungmu
yang lama menyentuhmu
bukanlah diriku

Dewi Dewi - Begitu Salah Begitu Benar

Aku bahagia dengar kata cintamu
Tapi aku sedih menerima kenyataan
Bahwa tak hanya diriku yang menjadi milikmu
Bahwa tak hanya diriku yang menemani tidurmu
Bahwa tak hanya diriku yang slalu ada di hatimu selamanya

Ini begitu salah tapi ini juga
Begitu benar untuk aku yang dilanda
Cintamu yang terus membakar aku
Cintamu yang akhirnya membunuhku

Bahwa tak hanya diriku yang menangis
Saat kau terpisah denganku
Bahwa tak hanya diriku yang terbunuh
Saat kau ada bersamanya

Acha - Sampai Menutup Mata

embun di pagi buta
menebarkan bau asa
detik demi detik ku hitung
inikah saat ku pergi

oh Tuhan ku cinta dia
berikanlah aku hidup
takkan ku sakiti dia
hukum aku bila terjadi

aku tak mudah untuk mencintai
aku tak mudah mengaku ku cinta
aku tak mudah mengatakan
aku jatuh cinta

senandungku hanya untuk cinta
tirakatku hanya untuk engkau
tiada dusta sumpah ku cinta
sampai ku menutup mata
cintaku sampai ku menutup mata

oh Tuhan ku cinta dia
berikanlah aku hidup
takkan ku sakiti dia
hukum aku bila terjadi

...masih teringat lagu ini mengalun perlahan dari bibir indahmu....

Kerispatih - Masih Ada

Jangan kau tanyakan lagi
Hatiku pasti untukmu
Meski aku tak sempurna
Tak mampu jadi yang terbaik

Apapun yang terjadi
Ku kan selalu menjagamu
Sebesar ketulusan hatimu

Masih ada rasa cinta disini
Yang sanggup membuatmu ada di hatiku
Takkan hilang
Dan masih ada kekuatan jiwaku
Tuk mempertahankan hidupku untukmu
Bersama slamanya

Semua yang telah kita lewati
Membuat kita dewasa
Untuk dapat memahami menjalani
Semua cerita cinta kita berdua

Apapun yang terjadi
Ku kan selalu menjagamu
Sebesar ketulusan hatimu

Masih ada rasa cinta disini
Yang sanggup membuatmu ada di hatiku
Takkan hilang
Dan masih ada kekuatan jiwaku
Tuk mempertahankan hidupku untukmu
Bersama slamanya

Bertahanlah untukku karena ku cinta kamu

Kerispatih - Berpisah

Ku tahu ini jalan yang terbaik untuk kita
Meski harus sakitnya terasa menikam jiwa
Untuk berpisah denganmu
Dan hilangkan semua rasa yang ada
Tak pernah terpikir olehku

Lupakan saja cerita kita
Yang mungkin pernah tertanam dalam hati
Memang tak mudah berlari jauh
Meninggalkan manis senyummu

Kau yang pernah singgah di hatiku memberi damai
Namun perbedaaan antara kita memupuskan itu
Kini ku jauh darimu
Mencoba melawan hasrat yang ada
Sungguh tak terfikir olehku

Ada Band - Nyawa Hidupku

Angin malam berhembus, lirih dingin menyapa
Coba merasakan semilir kehadiranmu
Coba kutanya cinta, kemana arah dan tujuannya
Bila memang berpisah, mengapa maut yang pisahkan

Aku memujimu hingga jauh
Terdengar syahdu ke angkasa
Rintihan hatiku memanggilmu
Dapatkah kau dengar nyawa hidupku

Runtuh jiwa ragaku, hancur berkeping-keping
Tangan dan kaki tiada, berpijak di bumi lagi

Kau menelanjangi, diriku selalu
Lewat indahnya peluk kasih merangkul kalbu
Yang membelenggu, dan kini tinggalkanku

Ada Band - Semenit Waktu

Di pelukanku terakhir kali
kau katakan cinta
putih dan suci
yg kau persembahkan
seperti janji manis

bila malam menjelang
ingin ku hitung lagi
segenap jumlah bintang
yg bersinar di wajahmu

akhirnya semua telah berakhir
bagai buruk
menerjang ruang batin hidupku
tak berperasaan

ku diam tertegun
menatap pilu dirimu
kau begitu indah

dunia serasa mati
hilang semangat hidup
aku rindu padamu
aku teramat sayang

jika ini takdirku
bolehkah ku berharap
semenit waktu ingin
kubalas kata cinta

harusnya ku berlari
mengejar kepergianmu
takkan terulang
kisah dua anak manusia

di pelukanku terakhir kali

Slank - Terlalu Manis

Kuambil gitar dan mulai kumainkan
Lagu lama yang biasa kita nyanyikan
Tapi tak sepatah kata yang bisa terucap
Hanya ingatan yang ada di kepala

Hari berganti angin tetap berhembus
Cuaca berubah daun-daun tetap tumbuh
Kata hatikupun tak pernah berubah
Berjalan dengan apa adanya

Di malam yang dingin dan gelap sepi
Benakku melayang pada kisah kita

Terlalu manis untuk dilupakan
Kenangan yang indah bersamamu
tinggalah mimpi

Terlalu manis untuk dilupakan
Walau memang kita tak saling cinta
takkan terjadi diantara kita

Indra Lesmana - Cerita Lalu

Tiba saatnya kita kan berpisah
Pergi mencari jalan yang berbeda
Ku kan terus melangkah
Meninggalkan semua cerita lalu

Dan hari ini ku duduk sendiri
Ku tatap mega ada senyumanmu
Saat kita masih berdua
Tertawa bersama membagi rasa

Mungkinkah kau ingat juga
Atau kau lupakan semua
Masa-masa yang indah dulu
Saat kita berdua

Ku ingat selalu sinar dimatamu
Seiring dengan gelak dan tawamu
Tidak lagi membekas dalam
Namun cukup untuk ku kenang selalu

Mungkinkah kau ingat juga
Atau kau lupakan semua
Masa-masa yang indah dulu ho..ho..

Mungkinkah kau ingat juga
Atau kau lupakan semua
Masa-masa yang indah dulu
Saat kita berdua

Memang ini semua
Tak berarti lagi ho..ho..
Namun jangan kau lepas
Dan kau lupakan saja

Mungkinkah kau ingat juga
Atau kau lupakan semua
Masa-masa yang indah dulu ho..ho..

Mungkinkah kau ingat juga
Atau kau lupakan semua
Masa-masa yang indah dulu
Saat kita berdua

ho..ho..Cerita Lalu

Masa-masa yang indah dulu
Saat kita berdua
Cerita lalu....semua
Cerita lalu....ho..ho..
Cerita lalu

Cardigans - Lovefool

Dear, I fear we're facing a problem
you love me no longer, I know
and maybe there is nothing
that I can do to make you do
Mama tells me I shouldn't bother
that I ought to stick to another man
a man that surely deserves me
but I think you do!

So I cry, and I pray and I beg

Love me love me
say that you love me
fool me fool me
go on and fool me
love me love me
pretend that you love me
leave me leave me
just say that you need me

So I cried, and I begged for you to
Love me love me
say that you love me
leave me leave me
just say that you need me
I can't care about anything but you

Lately I have desperately pondered,
spent my nights awake and I wonder
what I could have done in another way
to make you stay
Reason will not reach a solution
I will end up lost in confusion
I don't care if you really care
as long as you don't go

So I cry, I pray and I beg

Love me love me
say that you love me
fool me fool me
go on and fool me
love me love me
pretend that you love me
leave me leave me
just say that you need me

So I cried, and I begged for you to
Love me love me
say that you love me
leave me leave me
just say that you need me
I can't care about anything but you

(anything but you)

Love me love me
say that you love me
fool me fool me
go on and fool me
Love me love me
I know that you need me
I can't care about anything but you

Monday, September 14, 2009

Kalau Kamu

Kalau kamu aku atau aku kamu
Kamu siapa?

Kamu siapa?
Sedangkan aku bukan kamu
dan kamu tak selalu aku
Hanya kadang aku kamu
dan kamu aku

Aku tak pernah mencarimu
Karena aku pasti bukan kamu
dan aku tak pernak kamu
Apalagi kamu mengaku

Jika aku kamu atau kamu aku
Aku siapa?

Dibalik Sepi

Bulan indah penuh rahmat
Yang berbeda dari tahun lalu
Dan mungkin hingga lebaran nanti

Dibalik sepi...

Harapan

Pernahkah engkau berharap akan sesuatu?

Konon, harapan adalah konsep mentah semangat yang masih menempel di kamar-kamar otak kita. Sekali kita membukakan pintu untuknya keluar, maka harapan itu berangsur-angsur berubah menjadi semangat dan berakhir pada sebuah target dari apa yang ada di hati kita. Mungkin analisa dangkal mengenai harapan itu salah tapi --mau tak mau-- itu benar terjadi di sekelilingku.

Bilakah harapan tak berakhir pada target yang disasar?

Ya! Harapan tak melulu mulus meninju titik tengah target yang ingin diraih. Harapan tetap saja masih berujud konsep otak yang dipengaruhi oleh seluruh kehidupan yang berlaku di sekelilingnya. Jika semesta disekelilingnya mendukung konsep harapan yang kita buka, maka tak lain selain tercapai apa yang kita harap. Begitu juga sebaliknya...

Apakah harapan berhubungan dengan keberuntungan?

Aku tak tau...

Friday, September 11, 2009

Lirik lagu

Kenapa sering kutulis lirik lagu ke dalam blog ini?

Karena seniman musik tak membuat lagu sembarangan. Tiap lirik adalah perasaan yang diselami dengan seluruh rasanya. Jika tidak mewakili perasaan seniman musik itu sendiri mungkin bisa mewakili penikmatnya...

Bahwa setiap kata menjejali dirinya dengan makna adalah nyata.

Maka biarkan kata-kata berkata

Saybia - The Second You Sleep

You close your eyes
And leave me naked by your side
You close the door so I can’t see
The love you keep inside
The love you keep for me

It fills me up
It feels like living in a dream
It fills me up so I can’t see
The love you keep inside
The love you keep for me

I stay
To watch you fade away
I dream on you tonight
Tomorrow you’ll be gone
It gives me time to stay
To watch you fade away
I dream of you tonight
Tomorrow you’ll be gone
I wish by God you’d stay

I stay awake
I stay awake and watch you breathe
I stay awake and watch you fly
Away into the night
Escaping through a dream

I stay
To watch you fade away
I dream on you tonight
Tomorrow you’ll be gone
It gives me time to stay
To watch you fade away
I dream of you tonight
Tomorrow you’ll be gone
I wish by God you’d stay

Hey
Stay

I stay
To watch you fade away
I dream on you tonight
Tomorrow you’ll be gone
It gives me time to stay
To watch you fade away
I dream on you tonight
Tomorrow you’ll be gone
It gives me time to stay
To watch you fade away
I dream on you tonight
Tomorrow you’ll be gone
I wish by God you’d stay

Stay awake
Stay
Stay

I wish by God you’d stay
Pada kenangan yang berhamburan

Tuesday, September 8, 2009

Sembilu

Ada yang tidak mungkin aku tinggalkan begitu saja di setiap jejak nafas yang engkau sisakan. Sepertinya keadaanmu saat ini telah menjadikanku pelakon monolog yang layak diolok-olok oleh kerinduan yang menohok. Kerinduan lagi? Sejatinya sesat apa yang aku lakukan hingga kerinduan yang semestinya indah malah mengiris dan berdarah?

Mungkin pada sebagian orang rindu tak selalu sembilu.

Andai saja aku tak usil merangkai lagi remah-remah kenangan yang bertebaran di kiri kananku mungkin tak kualami sembilu ini.  Sudah cukup perih tertanam dalam hidupku saat keindahan kau renggut dan kau kibaskan pada dingin hatimu; meninggalkanku tanpa ampun, bahkan tak pada seulas katapun!

Atas simbilu itu, kenapa begitu susah menguburmu di jejak masa laluku?

 

--- Seorang sahabat membukakanku jalan menjauhi sembilu yang kau tinggalkan. Dia yang menopangku saat tertatih, dia yang menyediakan lengan untukku yang terseok melalui sekumpulan kitab-kitab indah dan mulia. Katanya: Karena sembilu telah mengiris hatimu, maka hatimu yang harus engkau obati, bukan pada pikiran dan emosimu. Duhai, sahabat yang menenangkanku...

Friday, September 4, 2009

Bon Jovi - In This Arms

You want commitment
Take a look into these eyes
They burn with fire (yeah)
Until the end of time
I would do anything
I'd beg I'd steal I'd die
To have you in these arms tonight

Baby I want you
Like the roses want the rain
You know I need you
Like a poet needs the pain
And I would give anything
My blood my love my life
If you were in these arms tonight

I'd hold you
I'd need you
I'd get down on my knees for you
And make everything alright
If you were in these arms
I'd love you
I'd please you
I'd tell you that I'll never leave you
And love you 'till the end of time
If you were in these arms tonight

We stared at the sun
And we made a promise
A promise this world
Would never blind us
And these were our words
Our words were our songs
Our songs are our prayers
These prayers keep me strong
And I still believe
If you were in these arms

I'd hold you
I'd need you
I'd get down on my knees for you
And make everything alright
If you were in these arms
I'd love you
I'd please you
I'd tell you that I'd never leave you
And love you 'til the end of time
If you were in these arms tonight

Your clothes are still scattered
All over our room
This old place still smells
Like your cheap perfume
Everything here reminds me of you
There's nothing I wouldn't do

And these were our words
They keep me strong baby

I'd hold you
I'd need you
I'd get down on my knees for you
And make everything alright
If you were in these arms
I'd love you
I'd please you
I'd tell you that I'd never leave ya
And love you 'til the end of time
If you were in these arms tonight
If you were in these arms tonight
If you were in these arms tonight
If you were in these arms baby

Like the roses need the rain
Like the seasons need to change
Like the poet needs the pain
I need you
In these arms tonight.

Wednesday, August 19, 2009

Lintang dan Langit

Beberapa hari ini aku amati Langit --si kecil badung--. Ia ingin melakukan semuanya sendiri, mulai dari gosok gigi, pakai bedak, minyak telon, pakai celana sampai pakai baju. Walaupun akhirnya bedak berantakan di lantai dan celana tidak rapi terpakai, aku tetap kagum atas usahanya. Untuk keberhasilannya itu, aku selalu bertepuk tangan untuk Langit, anakku yang sudah berumur 2 tahun 5 bulan itu. Dia akan nyengir bangga tanda puas.

Inilah masa yang tidak ingin aku lewatkan; menyaksikan 2 boneka kecilku tumbuh memungut kepintaran-kepintaran manusia dari hidup sehari-hari. Apa jadinya jika pekerjaan yang sejatinya untuk menafkahi mereka justru menjauhkan kita dari kebahagiaan berada di momen ini? Semoga tidak terjadi (lagi) padaku!

Lintang --si sulung manja-- tumbuh menjadi gadis mungil yang kritis, terutama saat mengingatkanku pada jam pulang kantor dan hari libur. Sore hari, menjelang jam pulang kerja, tiap 15 menit HP-ku berbunyi...

"Ayah pulangnya jangan malam-malam,"

"Iya, sayang, ayah gak malam-malam kok pulangnya," jawabku menenangkannya.

"Ayah sampai rumah harus jam delapan, gak boleh jam sepuluh, gak boleh jam sembilan!" imbuhnya.

"Iya sayang, telat dikit gak apa-apa ya, kan macet..." belaku, karena aku tidak yakin bisa sampai rumah kurang dari jam sembilan setiap harinya.

"Ah, ayah gak serius, pokoknya 100% ayah jam 8 udah di rumah!"

"Iya sayang. Ya udah, ayah kerja dulu ya biar cepet selesai. Kalau ditelpon mulu kerjaan ayah malah jadi lama selesainya."

Telponpun ditutup setelah mengucapkan salam. Sebentar kemudian biasanya ada SMS masuk, yang isinya selalu membuatku geli: ayah tapi cepet ya, bener lho jam 8. Hahaha...

Sekali lagi, inilah momen terindah yang aku maksud, yang tidak akan terulang di kehidupan kapanpun. Menikmati tingkah polah anak-anak yang sekalipun kadang memancing emosi tapi di saat bersamaan justru akan mengubahnya menjadi rasa cinta dan sayang yang tak pernah terhenti. Bahwa anak merubah dunia harus diakui...

Langit masih berusaha memakai kaosnya sendiri. Berarti sudah setengah jam Langit berusaha. Lubang untuk lengan dimasukkan ke kepala, sedangkan lubang untuk kepala dimasuki kedua tangannya. Aku tak berusaha membantu, karena dia pasti menolaknya...

"Adek aja, adek aja. Adek patek baju ndili..." rengeknya selalu tiap dibantu.

Aku akui, dibanding Lintang, Langit lebih dini ingin melakukan semuanya sendiri. Mungkin karena Langit sudah belajar dari kakaknya lebih dulu, tak perlu menunggu pengajaran dari Taman Bermain atau Taman Kanak-kanak.

Inilah kehidupan yang bisa dinikmati. Melihat anak-anak sehat dan gembira.

Maka hanya orang sinting yang mengatakan bahwa keluarga harus dikalahkan untuk pekerjaan!

Tuesday, August 4, 2009

Netral - Terompet Iblis

Gue ngga percaya, ngga mengerti kanapa di dunia ini
Masih ada saja, manusia yang hidup seperti ini
Mencela memaki dan menghina sesama manusia
Merasa dirinya yang sempurna bagaikan seorang dewa

Elo ngga sadar kalo udah meniup terompet  iblis

Saturday, August 1, 2009

Jikustik - Saat Kau Tak Di Sini

Seperti bintang-bintang, Hilang ditelan malam
Bagai harus melangkah, Tanpa kutahu arah
Lepaskan aku dari, Derita tak bertepi
Saat kau tak disini

Seperti dedaunan, Berjatuhan di taman
Bagaikan debur ombak, Mampu pecahkan karang
Lepaskan aku dari, Derita tak berakhir
Saat kau tak ada disini

Saat kau tak ada, Atau kau tak disini
Terpenjara sepi, Kunikmati sendiri
Tak terhitung waktu, tuk melupakanmu
Aku tak pernah bisa, Aku tak pernah bisa

Wednesday, July 29, 2009

Rumba, Ayah dan Gadjah Mada

Wanita berkacamata itu memasuki rumah sebentar, kemudian keluar dengan posisi tas coklat di pundak kirinya --tidak berubah seperti ketika dia masuk-- dan masih tanpa melihatku sama sekali. Aku diam, tak berani menyapanya. Aku tau, percuma mencoba menarik perhatiannya karena memaksanya sama dengan mencoba menerobos dinding batu.

Aku kaget setengah mati, tiba-tiba orang berlarian di depanku. Sinar hijau berserabutan di sekitarku.

"Rumba ngamuk, Rumba gamuk," teriak orang-orang sambil berlarian.

Rumba? Rumba adalah anak kampung sebelahku yang paling badung. Segala kriminal kelas kampung telah dia lakukan. Selain nyopet, maling dia juga suka malakin anak-anak sekolah.

Aku penasaran. Bergegas kutuju asal orang berlarian di kuburan tua. Aku lihat orang-orang sakti di kampungku mencoba melawan Rumba yang mengamuk, menyakiti semua orang yang mencoba menghalanginya serta mengobrak-abrik kuburan.

"Aku orang paling sakti, tak ada yang bisa melawanku," teriak Rumba sambil mengayunkan tangannya ke depan. Sinar hijau melambung dari tangannya, menjatuhkan kumpulan batu nisan yang ada di depannya. Kemudian Rumba menjejakkan kakinya ke tanah dan meloncat sampai ke langit. Beberapa saat akhirnya dia sudah turun dan berdiri pongah di tempat semula.

Aku lihat ayahku hendak mencoba melawannya (Aku rindu ayahku). Tapi aku melarangnya karena kulihat kekuatan Rumba begitu luar biasa. Aku yakin Rumba tengah kerasukan. Tak mungkin dia punya kekuatan sakti sebesar itu. Ayahku jadi ragu.

Tak lama dari belakangku muncul orang dengan dandanan yang begitu kukenal, Rambutnya digelung ke atas dengan baju jaman Majapahit. Aha, dia Mahapatih Gadjah Mada. Dia turun dari langit untuk mengatasi keributan yang dilakukan Rumba. Sungguh kehormatan buat penjahat kampung sekelas Rumba.

Sedetik kemudian aku merasakan sebuah suara berdengung di belakang telingaku. Seberkas sinar hijau menghantam perut kananku. Aku rasa ngilu. Samar-samar kulihat tembok kamarku. Kipas angin meniup punggung dan telingaku dari belakang.

Aku bangun. Sialan! Mimpi yang aneh.

-----

Ini adalah mimpi yang aku ceritakan apa adanya. Mimpi yang aku alami kemarin, jadi wajar jika tak masuk akal. Tapi soal rindu pada ayahku itu, aku sungguh Rindu...

Ungu - Cinta Dalam Hati

mungkin ini memang jalan takdirku
mengagumi tanpa di cintai
tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia
dalam hidupmu, dalam hidupmu

telah lama kupendam perasaan itu
menunggu hatimu menyambut diriku
tak mengapa bagiku mencintaimu pun adalah
bahagia untukku, bahagia untukku

ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
meski ku tunggu hingga ujung waktu ku
dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya

dan izinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja
ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
meski ku tunggu hingga ujung waktu ku
dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya

dan izinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja

----

Mungkin engkau tak akan pernah tahu bahwa di setiap hela nafasku, rinduku kepadamu masih saja memburu. Seperti peluru yang terhempas ketika pelatuk sudah ditarik; tak akan terhenti sampai mengena apa yang di mata dan jiwa....

Friday, July 24, 2009

Bang Nol

I

Rambutnya gondrong liar, matanya merah gelap sorotnya tajam seperti hendak merobek setiap biji mata yang beradu pandang dengannya. Mukanya hitam kusam seperti pantat panci berjelaga, berminyak dan kasar. Bengis. Anting paku bertengger di kedua kupingnya, sedangkan kalung rantai emas imitasi segede selang air melingkar di lehernya.

Orang di terminal ini biasa memanggilnya Bang Nol. Preman yang menguasai terminal yang kotor dan kumuh ini. Semua memberi tabik kepadanya, tak peduli itu pedagang asongan, sopir angkot, sopir bis, kondektur, pengamen. Bahkan satuan pengaman terminal tak bernyali membuat perkara dengannya. Sementara para penumpang yang kebetulan berada di terminal itu tak sedetikpun berani beradu pandang dengan Bang Nol. Mereka pura-pura tak melihat atau berjalan cepat melewatinya sambil mendekap barang bawaannya.

Konon dulu Bang Nol pernah dipenjara gara-gara menghajar seorang kondektur hingga mati karena tak membayar 'jatah keamanan'. Gosip itu berkembang dari mulut ke mulut dengan bumbu-bumbu yang makin membuat Bang Nol ditakuti seantero terminal. Ada yang bilang Bang Nol punya ilmu kebal dan tak segan-segan membunuh orang yang berani melawannya. Masih dari cerita orang-orang di terminal ini, minggu lalu Bang Nol menghajar tiga orang pangamen sekaligus hingga sekarat karena beroperasi di wilayahnya tanpa permisi. Entahlah...

Setiap melewati terminal ini iseng-iseng aku mencuri pandang ke arah Bang Nol berada. Biasanya Bang Nol yang duduk dengan kaki nangkring di warung di bawah pohon cemara dengan asap rokok yang menutupi mukanya. Aku masih bisa melihat tato-tato kuno yang mulai buram di sekujur lengan dan lehernya. Benar-benar mengerikan!

 

II

Beberapa hari ini aku tidak mendapati Bang Nol di tempat biasa. Iseng-iseng aku bertanya pada seorang pengamen seruling yang kebetulan berada di samping mikroletku (yang setiap hari menjadi mesin kerjaku untuk menghidupi anak istri).

"Be, tumben beberapa hari Bang Nol gak keliatan, kemane die?"

"Tau deh, denger-denger sih dia 'masuk' lagi gara-gara mukulin sopir minggu lalu," jawabnya.

Dipenjara lagi? Aku merinding. Gila! Bang Nol memang gak ada rasa takutnya, pikirku. Penjara bukan lagi tempat yang bisa membuatnya jera. Preman tulen, pujiku dalam hati.

 

III

Pagi ini aku tidak narik angkot karena harus mengantar istri dan anakku yang baru berumur 5 bulan ke puskesmas untuk imunisasi. Baru siang nanti aku kembali lagi ke terminal untuk nyopir lagi sampai malam. Lumayan, walaupun setengah hari aku masih punya penghasilan untuk hari ini.

Saat menunggu antrian tiba-tiba aku mendengar suara wanita tengah mengomel gak karuan dari bangku pojok di belakangku. Otomatis semua mata memperhatikannya.

"Elu ye, laki-laki brengsek, cari kerja kek yang bener. Tiap hari cuma nongkrong," hardik wanita itu sambil melotot ke arah laki-laki gondrong seperti...mmm...itu kan Bang Nol!

"Udah deh Neng, udah, iye, iye nanti kalo sembuh abang cari kerja deh. Malu neng, malu diliatin banyak orang," bela Bang Nol tanpa melihat sekelilingnya.

"Malu, malu. Elu tuh yang harusnya malu, istri kerja kaya babu ngurusin anak, ngurusin rumah, elu tiap hari kerjaannya minggat mulu pulang malem. Mau dikasih makan apa si Entong? Elu sakit udah dikerokin bukannya istirahat biar cepet sembuh terus bisa cari kerja, ee, malah nonkrong lagi di terminal. Elu lagi jatuh cinta ama jande itu tu si Markonah? Elu tau aja barang die masih seger, gue udah bangkotan lu tinggalin. Pas giliran sekarat aja lu balik lagi ke gue!" Istri Bang Nol makin nyinyir dan tak peduli dengan orang-orang memperhatikannya. Aku melihat muka Bang Nol yang hitam legam memerah menahan malu. Bang Nol tertunduk.

Aku tersenyum dalam hati. Jika saja puskesmas ini adalah terminal dan wanita yang masih saja mengomel itu adalah laki-laki di terminal, pasti sudah dihajar tinju Bang Nol hingga sekarat! Alangkah bedanya sisi seseorang di permukaan dan di dalam hatinya. Tubuh yang sangar dan membuat mengkeret setiap mental di terminal tiba-tiba menjadi pribadi yang kecil dihadapan istrinya, terlepas dari persoalan yang dihadapi.

Semoga besok Bang Nol berubah, menjadi pribadi yang menentramkan, baik di terminal atau dimana saja. Kalau tidak, biar aku laporkan pada istrinya hahaha...

Thursday, July 23, 2009

Pagi Tadi

Aku duduk di desakan penumpang trans Jakarta pada jam kerja. Terbelalak aku pada buku lama Agus Noor yang membuatku merasa waktu terpotong lebih pendek? Menyenangkan sekali berpura serius membaca, menikmati kata dan cerita yang sengaja jauhkanku dari etika dan tepo seliro. Tak menghirau aku pada bapak tua yang berdiri terhimpit atau ibu separuh umur yang sempoyongan berdiri menjaga imbang dari bus yang melenggang.

Untuk apa terlihat intelek membaca buku, mendengarkan musik atau berpura-pura tidur dalam bus ini? Agar tak berkewajiban memberi bangku nyaman ini pada orang tua, wanita hamil, anak-anak atau siapapun? Atau untuk membuatmu tetap hidup karena tidak mati kelelahan menopang kaki dalam sepenggal perjalanan dari satu halte ke halte berikutnya?

Tuesday, July 21, 2009

Ngantuk

Ngantuk

Sakit kepala

Rindu

Buka E-mail

Kosong dan hampa

Ingat masa dulu

Tetap ngantuk...

Friday, July 10, 2009

Monty Tiwa - Kosong

Pernahkah kau merasa
tidak pernah merasa.......sepi
pernahkah kau merasa
tidak pernah merasa.......sunyi

Aku tak pernah
aku selalu merasakannya
kosong.........
kosong.........

Pernahkah kau terbangun
dan merasa semua semu
pernahkan kau inginkan
lari dari dirimu kini

Itulah aku
aku selalu merasakannya
kosong.........
kosong.........

Pernahkah kau merasa
tidak pernah merasa.......sepi
pernahkah kau merasa
tidak pernah merasa.......sunyi

Aku tak pernah
aku selalu merasakannya
kosong.........
kosong.........

Wednesday, July 1, 2009

Cupumanik - Siklus Waktu

duka datang tak terbayangkan
bagaikan mimpi
kepergian itu sangatlah nyata
kita memang terpisah

siklus waktu tlah mengajarkan
sang mentari pun terbit dan tenggelam
lihatlah...

perpisahan hanyalah perpindahan kehidupan
sebenarnya dia tak sungguh hilang
hanya terpisah dengan raga

kepergian itu menusuk hati menebus jiwa
derai air mata takkan membuat
dia bahagia disana

siklus waktu tlah mengajarkan
sang mentari pun terbit dan tenggelam
lihatlah...

perpisahan hanyalah perpindahan kehidupan
sebenarnya dia tak sungguh hilang
hanya terpisah dengan raga

kehidupan diwarnai yang datang dan yang pergi
maka bangunlah dia tak sungguh hilang
hanya terpisah sementara

Friday, June 26, 2009

Kerispatih - Demi Cinta

Maaf, ku telah menyakitimu
Ku telah kecewakanmu
Bahkan ku sia-siakan hidupku,
dan kubawa kau s'perti diriku
Walau hati ini t'rus menangis
Menahan kesakitan ini
Tapi ku lakukan semua demi cinta

Akhirnya juga harus ku relakan
kehilangan cinta sejatiku
Segalanya t'lah ku berikan
Juga semua kekuranganku
Jika memang ini yang terbaik
Untuk diriku dan dirinya
Kan ku t'rima semua demi cinta

Jujur, aku tak kuasa,
saat terakhir ku genggam tanganmu
Namun yang pasti terjadi,
kita mungkin tak bersama lagi
Bila nanti esok hari
Ku temukan dirimu bahagia
Ijinkan aku titipkan kisah cinta kita
selamanya

Ebiet G. Ade - Apakah Ada Bedanya

Apakah ada bedanya hanya diam menunggu
dengan memburu bayang-bayang?
Sama-sama kosong

Kucoba tuang ke dalam kanvas
dengan garis dan warna-warni yang aku rindui
Apakah ada bedanya bila mata terpejam?

Fikiran jauh mengembara, menembus batas langit
Cintamu telah membakar jiwaku
Harum aroma tubuhmu menyumbat kepala dan fikiranku

Di bumi yang berputar pasti ada gejolak
Ikuti saja iramanya, isi dengan rasa
Di menara langit halilintar bersabung
Aku merasa tak terlindung, terbakar kegetiran
Cinta yang kuberi sepenuh hatiku
Entah yang kuterima aku tak peduli,
aku tak peduli, aku tak peduli

Apakah ada bedanya ketika kita bertemu
dengan saat kita berpisah?
Sama-sama nikmat

Tinggal bagaimana kita menghayati
di belahan jiwa yang mana kita sembunyikan
dada yang terluka
duka yang tersayat
rasa yang terluka

-------

Apakah ada bedanya? ...Dan hanya kau dan aku yang mengerti...

Wednesday, June 24, 2009

Imajinasi, Fantasi dan Tokay Kambing

Imajinasi dan fantasi seperti menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Kadang-kadang keduanya munculkan persepsi yang bias di kepalaku. Jangan tanya tentang apa, karena semua bisa saja berseliweran di kepalaku. Tak peduli soal ipoleksosbudhankam (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan --> Hai, kok jadi inget jaman jebot ya...) maupun soal printilan cinta.

Aku mencoba jadikan kepalaku sebagai padang rumput dimana imajinasi menyulap dirinya menjadi sekumpulan kambing yang bebas merumput dibawah rindangnya pohon-pohon fantasi. Yang membuatku senewen adalah saat kambing imajinasi itu kekenyangan merumput. Sontak mak blak babak bunyak tokay markengkong bulet-bulet segentong mengotori ranah penggembalaan hijau di kepalaku. Sekalipun adem dan sejuk sepoi-sepoi, tetap saja butiran tokay kambing mengganggu kesempurnaan 'dunia kepalaku'.

Akhirnya persepsi keindahan antara kebun dengan rumput tinggi subur, sekumpulan kambing montok dan rindangnya pohon yang menaungi, berubah menjadi sebuah toilet kecil yang menjijikkan. Bukan salah tokaynya! Tokay adalah edisi akhir dari proses metabolisme tubuh. Jadi dia adalah "akibat" alias obyek penderita. Kalau soal bau dan bentuknya yang aneh, itu memang haknya si tokay kambing.

Membebaskan imajinasi dan fantasi memang tidak mudah. Ada batasan absurd yang dibangun oleh manusia yang merasa dirinya 'super' hingga kesampingkan tulusnya imajinasi dan fantasi. Bisa dibayangkan sekerdil apa manusia itu! Dia hanya melihat sesuatu dari sisi yang salah, melihat sesuatu dari sisi dimana dia berdiri, melihat dari sisi dimana kebenaran (yang juga absurd) itu dia yakini. Malangnya...

Jadi tetap saja tokay yang disalahkan! Karena dia pembawa aroma neraka, dia pembawa comberan petaka. Hingga imajinasi dan fantasi menunggu mati suatu hari nanti.

Sepatuku

Pfff! Aku masih rasakan lelah kakiku malam ini usai menyusuri malam sendirian. Aku biarkan sepatu dan kaus kakiku berserakan dilantai. Enggan rasanya membuang waktu memindahkan barang-barang itu ke tempat yang lebih layak. Aku ingin menikmati segar dan bebasnya telapak kakiku dari sepatu yang telah lama melingkupi kakiku.

Layaknya hari-heri sebelumnya, beban masih saja bertengger di kedua pundakku. Beban yang kadang lebih berat dari yang aku mampu dan kadang serasa hilang entah kemana. Bukankah hidup tidak wajar jika tak ada beban yang harus dipikul? Karenanya aku menerima beban itu sebagaimana harus aku emban.

Beban itulah yang membuat tubuhku makin berat dan memaksa kedua kakiku menopang sarat yang tiada kira. Ujung-ujungnya, sepatuku seperti penjara yang meremas kebebasan kakiku. Tapi karena alasan etika dan keindahan, aku harus menahan sekian lama sesaknya ia mencengkeram kakiku.

Aku harus bebaskan kakiku. Aku harus bebaskan sepatuku.

Walaupun bau!

Saturday, June 20, 2009

Ruth Sahanaya - Ingin Kumiliki

Mungkin ku miliki
Seluruh cintamu
Kusadari semua itu
Anganku

Ku ingin katakan
Hanyalah dirimu
Yang melukis
Warna mimpi hatiku

Ingin ku miliki
Dengan sepenuh hati
Walau ku harus setengah terluka
Mengharap cintamu


Ingin ku sayangi
Tanpa terbagi lagi
Apakah mungkin
Menjalin kasih
Bila aku tak tahu
Bagaimana kau mencintai diri ku

Ku ingin katakan
Hanyalah dirimu
Yang melukis
Warna mimpi hatiku

Friday, June 19, 2009

Kancut Putih

Lebih dari tiga puluh lima tahun aku tidak pernah memakai kancut (celana dalam) warna putih. Samar-samar aku ingat terakhir kali memakai kancut putih...mmm...saat umur 4 sampai 5 tahun! Itu juga karena aku selalu dibeli'in orang tuaku. Artinya, waktu itu aku tidak bisa memilih warna apa. Jadi pertimbangan fungsional lebih diutamakan (Huh, sok banget, masih kecil udah mikir fungsional apa gak hahaha...).

Walaupun saat itu merek kancut hanya itu-itu aja, tapi rasanya jadi anak paling keren dengan kancut putih itu. Tak heran, setiap punya kancut putih baru aku selalu 'pamer' dengan berlagak menjadi Tarzan: Berdiri di atas meja memakai kancut putih baru bertelanjang dada...auuuoooooo....

Saat itu tak semua anak seberuntung aku bisa memakai kancut. Banyak teman-temanku yang sekolah tanpa kancut. Bisa dibayangkan bagaimana keadaan saat naluri bocah laki-laki centil bereaksi...hiiiii... Stop, stop, stop, berhenti membayangkannya. Sudah pasti lucu dan memalukan jika ingat masa itu. Tapi begitulah adanya...

Sampai akhirnya aku bisa mengerti bagaimana kancut putih tak berumur lama. Paling lama, sekitar 1 bulan warnanya berubah jadi putih kecoklatan. Bukan karena kulit hitamku yang luntur, tapi memang itu resiko kain warna terang yang menempel pada kulit bocah kampung yang 'pecicilan'. Aku jadi agak risih jika melihat kancut putih kebanggaanku berubah warnanya menjadi kecoklatan, apalagi jika harus memakainya.

Rupanya orang tuaku memahaminya. Beliau dengan bijak membelikan kancut berwarna gelap untuk mengganti kancut putih itu. Ini demi kelangsungan proses ekonomi alias penghematan.

Singkat cerita, beberapa waktu lalu aku membeli kancut putih. Ini menoreh sejarahku puluhan tahun yang anti kancut putih. Sebelum kupakai, aku berjanji pada diri sendiri bahwa kancut putih ini harus 'berumur' lebih panjang. Bolehlah warnanya sedikit berubah suatu hari nanti, tapi aku lebih melihat pada fungsi kancut itu.

Bukankah seharusnya ketika berfikir fungsional kita menjadi rasional? Seperti rakyat memilih pemimpin, seperti pemimpin memilih abdinya, seperti abdi menentukan langkahnya? Tidak peduli dia 'berwarna' apa, selama itu berfungsi sebagaimana mestinya pasti banyak manfaatnya. Seperti kancut putih yang kupakai ini...

Thursday, June 18, 2009

Percy Sledge - When A Man Loves A Woman

When a man loves a woman, he can't keep his mind on nothing else
He'll trade the world for the good thing he's found
If she is bad, he can't see it, she can do no wrong
Turn his back on his best friend if he put her down

When a man loves a woman, spend his very last dime
Tryin' to hold on to what he needs
He'd give up all his comforts, sleep out in the rain
If she said that's the way it ought to be

Well, this man loves a woman
I gave you everything I had
Tryin' to hold on to your precious love
Baby, please don't treat me bad

When a man loves a woman, down deep in his soul
She can bring him such misery
If she played him for a fool, he's the last one to know
Lovin' eyes can't ever see

When a man loves a woman, he can do her no wrong
He can never own some other girl
Yes, when a man loves a woman I know exactly how he feels
'Cause baby, baby, baby, you're my world

When a man loves a woman I know exactly how he feels

----

Lagu ini kemudian makin populer setelah dibawakan oleh Michael Bolton

Juni Abu-Abu

Seharusnya ribuan cerita berputar di Juni ini. Tapi pikiran blingsatan yang menggila menggilasku. Berakhir seperti jejak roda pada ceceran lumpur yang memanjang dan dalam.

Aku hanya berlalu. Tak kuasa memburu.

Friday, May 29, 2009

Tompi - If It's True

For the last time let me hear from you

if that is right you'll take another way to go
leaving my love across of your heart
even it hurts I will face the truth

At this moment i feel so much pain
you took my heart and you just throw it all away
and everytime we fight, you just dont care
you never want to lose
you wont try to make it up

Baby if its true you dont love me anymore
I wont stand up for this love
----

Beri aku tanda...

Tuesday, May 26, 2009

Letto - Kepada Hati Itu

Kerasnya hatimu, aku tak mampu
Aku tak mau memintanya
Betapa diriku terus mencoba
Tapi merasa, ku tak berdaya

Sepanjang waktumu tak kau biarkan
Tak kau lepaskan keinginanmu
Mencoba bertahan dari hatiku
keinginanku memilikinya

Kepada hati itu aku terlena
Dimana kau berada aku terbawa
Kepada hati itu kuterus mencoba
Dimana kau berada engkau miliknya

Harumnya nafasmu sangat sejuk
Sangat pantas dijiwamu
Begitu terasa lapar dahaga
Kasih dan cinta yang kau punya

Kepada hati itu aku terlena
Dimana kau berada aku terbawa
Kepada hati itu kuterus mencoba
Dimana kau berada engkau miliknya

Kepada hati itu kuterus mencoba
Dimana kau berada engkau miliknya

Sunday, May 24, 2009

Keilmuan

Derajat keilmuan adalah segalanya. Inilah yang selama ini menyelimuti hiruk pikuk pikiran manusia sedunia. Keilmuan yang mampu ciptakan apapun yang diimpikan, keilmuan yang mampu berikan apapun yang ingin diserahkan, keilmuan yang bisa matikan apa pun yang ingin dihabiskan, keilmuan yang bisa katakan apapun dari pikiran, keilmuan yang bisa apapun untuk apapun...

Disisi yang sejalan dengan itu, keilmuan buatku adalah anugerah. Menjembatani pemikiran keilmuan dengan perilaku keilmuan menjadi bagian terpenting dari tinggi rendahnya derajad keilmuan itu sendiri. Manakala ketidakseimbangan yang terjadi, tak lagi tercermin setitikpun keilmuan yang ratusan tahun digalinya...dan dia merugi...

Shanty Ft. Donne - Untuk Siapa

Ada hati yang patah dan itu hatiku
Rasanya nyawa ini tak ada Karenamu
Keinginan hatiku direpak mataku
Sayangnya kau belum juga merasa

Kau pikir aku ada disini untuk apa
Kau kira sejauh ini ku datang untuk siapa
Sayang ingin ku katakan ini untukmu

Kau pengaruh terpenting di dalam hidupku
Entah apa kau juga terpenting bagimu
Keinginan hatiku oh di depan mataku
Sayangnya kau belum juga merasa

Sheila On 7 - Mudah Saja

Tuhan
Aku berjalan menyusuri malam
Setelah patah hatiku
Aku berdoa semoga saja
Ini terbaik untuknya

Dia bilang
Kau harus bisa seperti aku
Yang sudah biarlah sudah

Mudah saja bagimu
Mudah saja untukmu
Andai saja.. Cintamu seperti cintaku

Selang waktu berjalan kau kembali datang
Tanyakan keadaanku

Ku bilang
Kau tak berhak tanyakan hidupku
Membuatku semakin terluka

Mudah saja bagimu
Mudah saja untukmu
Coba saja lukamu seperti lukaku

Kau tak berhak tanyakan keadaanku
Kau tak berhak tanyakan keadaanku
Mudah saja bagimu
Mudah saja untukmu
Andai saja cintamu seperti cintaku

Mudah saja...

Wednesday, May 20, 2009

(Tak) Ada Gula Ada Semut

Semut-semut di mejaku semakin mengganggu. Mulai dari gelas kopi, henpon, remote sampai papan ketik dijelajahinya. Belum lagi tumpukan kertas, dinding bahkan kaki dan tanganku digerayanginya. Memang hanya 'semut gula', tapi jika kedatangannya tak sekedar lewat, ini membuatku kelimpungan, risi dan geli. Gila!  Tak ada gula ada semut! Tak terhitung, berapa puluh semut dalam sehari aku binasakan karena menggerayangi tubuhku dan sesekali menyengatku. (Jika Ketut Epi bertanya, mengapa diciptakan kecoa. Maka aku bertanya, mengapa diciptakan semut? hehehe...)

Segala upaya sudah aku lakukan untuk mencegah kehadiran semut-semut itu, mulai dari mengamankan makanan dan minuman manis, membersihkan remah-remah makanan, mengurangi tumpukan kertas, menggunakan kapur anti semut, dan sebaganya. Tapi binatang kecil masih saja 'kondangan' ke area aktifitasku. Mungkin Raja Semut mendoktrin pasukannya untuk ekspansi ke semua kawasan dimana aku berada, demi makanan dan demi rantai kehidupan yang harus tetap terjaga. Tak peduli resikonya jika harus mati terinjak, digencet, atau tersapu tiupanku yang akan melemparkannya entah kemana.

Sungguh binatang kecil yang pantang menyerah...

Monday, May 18, 2009

Candra, Cici, Rindang, Cassandra, Diandra, Rindra, Rinda, Nanda, Baginda, Udin, Rahmat, Ratman, Fauzi atau Apalah

Ini tulisan mengenai teman baru di kantor lama yang terjadi bukan baru-baru ini. Badannya yang kurus makin terlihat kurus karena dia sering menggunakan celana ketat, model celana anak-anak punk. Aku tau dari anakku bahwa celana model itu lagi trend dan biasa disebut 'celana pensil'. Pas, memang kakinya jadi seperti pensil yang belum diraut. Setiap orang yang melihat temanku berjalan sering bertanya dalam hati, apakah kakinya cukup kuat menahan tubuhnya saat membawa tas di pundak kirinya?

Wajahnya putih, kumisnya tipis. Rambut gondrong sepundak dan selalu dikuncir. Sikapnya yang pendiam waktu itu membuat teman-temanku yang lebih dulu di kantor itu penasaran. Untung saja dia satu tim dengan karibku yang unik juga (Sama-sama suka memakai celana pensil, hanya rambutnya yang beda. Karibku ini rambutnya kriting, bergelang bahar dan pernah kepergok CEO saat merokok di kantor huahaha...), sehingga jalur-jalur canggung menjadi pegawai baru bisa dilaluinya dengan cepat.

Aku lupa siapa nama pegawai baru itu tepat 10 detik setelah dikenalkan oleh HRD. Seingatku namanya Candra, Cici, Rindang, Cassandra, Diandra, Rindra, Rinda, Nanda, Baginda, Udin, Rahmat, Udin, Fauzi atau apalah. Tapi belakangan aku mendapat konfirmasi via Mukabuku mengenai nama aslinya, yaitu....

Saturday, May 16, 2009

Pernahkah Kau?

Pernahkah engkau sedemikian ambisius untuk diakui sebagai orang 'paling' dalam masyarakatmu? Pernahkah engkau merasa sedemikian benar di sejuta kelakuan pikiranmu yang tak pernah lurus mengabdi pada tatanan etika? Pernahkah engkau bersilat lidah memutar dalil dan fakta demi sebuah pengakuan pengkultusanmu sebagai terhebat? Pernahkah gengsimu justru menjatuhkanmu pada lubang terdalam dalam kehidupanmu? Pernahkah kau mengatur fitnah dan mencibir pada kebenaran yang sebenarnya sudah ada di ujung lidahmu? Pernahkah kau?

Thursday, May 14, 2009

Rhoma Irama - Salehah

Setiap keindahan perhiasan dunia
Hanya isteri salehah perhiasan terindah

Setiap keindahan yang tampak oleh mata
Itulah perhiasan, perhiasan dunia

Namun yang paling indah di antara semua
Hanya isteri salehah, isteri yang salehah

Setiap keindahan perhiasan dunia
Hanya isteri salehah perhiasan terindah

Hanya isteri yang beriman
Bisa dijadikan teman
Dalam tiap kesusahan
Selalu jadi hiburan

Hanya isteri yang salehah
Yang punya cinta sejati
Yang akan tetap setia
Dari hidup sampai mati
Bahkan sampai hidup lagi

Drakula Haus Darah

Siapa bilang Indonesia bebas pungli?

Beberapa hari lalu saya bermaksud mengurus Surat Domisili Usaha di satu kota. Saya sudah berniat untuk mengikuti prosedur pengurusan surat ini dengan benar, sekaligus ingin membuktikan apakah di jaman ini birokrasi pemerintah masih 'haus darah' . Terus terang, sudah tertanam di kepala saya sejak dulu bahwa birokrasi pemerintah --baik itu tingkat kampung maupun kota besar-- adalah 'birokrasi drakula'. Birokrasi yang haus uang pelicin, uang rokok, alias uang administrasi fiktif.

Dulu, jangan harap kita bisa membuat ktp tanpa mengeluarkan uang ekstra untuk menyumpal birokrasi pemerintah terkecil ini. Padahal membuat ktp itu adalah wujud kesadaran kita supaya pemerintah/pemda mudah mendata setiap warga untuk kepentingan yang lebih besar lagi (statistik nasional, dsb). Kebiasaan itulah yang membuat orang enggan berlama-lama masuk dalam 'birokrasi drakula' itu untuk mengurus surat-suratnya sendiri; Sudah capek masih harus mengeluarkan uang ekstra. Akhirnya banyak yang 'menitipkannya' pada jasa pengurusan surat-surat ini (calo). Sama-sama mengeluarkan uang, tapi tidak capek.

Paradigma itu berlangsung terus menerus dan turun temurun sampai akhirnya menjadi 'hal biasa' dalam sebuah birokrasi pemerintah. Mala jangan heran kalau pada birokrasi yang lebih besar, "uang administrasi" jumlahnya menjadi jutaan bahkan milyaran!

Kembali ke cerita saya. Sejak dari pengurus RT saat mengajukan surat pengantar pembuatan surat domisili usaha, Sang RT sempat menawarkan kepada saya untuk 'membantu' mengurus surat itu dengan menyebut angka tertentu. Dengan halus saya menolaknya. Berlanjut ke pengurus RW, di sini lebih santun, begitu selesai memberi stempel, Sang RW langsung membaca koran. Saya beruntung, setelah berterima kasih saya langsung pamit menuju kelurahan.

Di tempat yang pegawainya berseragam coklat inilah aura drakula mulai terasa. Dari pintu masuk saya melihat sekumpulan pegawai sedang ngobrol asyik dan heboh. Beberapa orang terlihat duduk di meja yang bersih tanpa satu dokumenpun di atasnya. Jadi tak enak kehadiran saya terrasa mengganggu. Tapi saya cuek, toh ini kantor layanan masyarakat. Bla, bla, bla, akhirnya saya masuk ke ruangan Sekretaris Kelurahan. Jujur saya tidak tahu, apakah untuk mengurus Surat Domisili Usaha harus duduk di ruang SekLur? Tapi sekali lagi, saya cuek aja, mungkin memang bagian dia.

Bla, bla, bla. Syarat-syarat pengajuan Surat Domisili Usaha saya sudah lengkap. Akhirnya saat yang saya nantikan tiba...

"Ini selesainya 3 hari Mas, administrasinya 'sekian',"

"Kok besar sekali Pak?"

"Memang segitu Mas, kemarin malah ada yang lebih besar. Oh, iya, nanti kalau di Kecamatan bilang aja dari saya biar ngasih kesananya gak banyak, paling 'sekian'...," lanjutnya berharap menjadi pahlawan di mata saya. Saya manggut-manggut mirip lele mendengar celotehnya sekaligus kaget dengan angka yang mesti saya keluarkan lagi nanti di kecamatan.

Akhirnya saya permisi keluar dengan alasan mengambil sejumlah uang dulu karena uang saya tidak cukup. Sang Seklur menahan saya, menawarkan apakah mau dibantu mengurus surat itu. Saya menggeleng. Saya membayangkan angka yang lebih fantastis lagi jika surat ini dibantu pengurusannya.

Bukan soal pelit atau apa, tapi surat yang ingin saya buat ini kan untuk kepentingan negara juga (untuk menggaji dia juga secara tidak langsung). Surat Domisili Usaha ini untuk syarat membuat NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) supaya ke depan saya bisa bayar pajak untuk membangun negera ini. Sekalipun pajaknya --mungkin-- tidak milyaran tapi itu bentuk kesadaran saya untuk membangun negara ini; Untuk membangun negara di mana drakula-drakula itu hidup dengan keluarganya.

Tidak salah jika paradigma saya tentang birokrasi pemerintah di negeri ini tidak belum berubah.

Tapi Kau Bisu

Seringkali ketika seseorang dengan penuh cinta tertinggal di padang yang sepi dan sendiri, tubuh dan ruhnya tak lagi menyatu. Buliran kerikil terinjak kaki dekil tak lagi memberi kepedihan pada kulit kaki telanjang sekeras martil. Tapi setitik debu yang berkelebat di kedipan mata sanggup robohkan karang rapuh tak terisi di bagian dalamnya. Miris.

Demikian aku.

Panas, hujan, dingin, kering seperti satu keadaan yang tak ada bedanya buatku; semua tampak sama. Hiruk pikuk keadaan sekeliling hanya ingatkanku pada keadaan bahwa aku masih hidup dan merajai bumi. Tak pernah lebih. Sedangkan kalbuku seperti seuntai bulu lembut yang bergerak tak tentu arah dikibas angin terlembut; Demikian ringan dan rapuh.

Ketiadaanmu sudah hancurkan pikiranku dengan rapi. Kamu sadari bahwa tak perlu membuatku penuh darah untuk matikanku.  Tak perlu trisula tajam untuk mencabik hingga badanku terburai. Engkau telah piawai mencambuk seluruh harapan dan mimpiku kemudian menghelanya menuju tepian jurang tanpa dasar.  Inikah yang kau sebut cinta dan kau yakini tak bisa hilang itu? Alangkah ironisnya...

Meski hanya pikiranku yang bercerita dan pikirkanmu, tapi aku sungguh nikmati itu. Setiap dawai angin yang rasuki hidungku dengan wewangian merah jambu buai aku pada harum tubuhmu. Setiap bebunyian yang menombak telingaku bawa aku pada merdu suaramu saat berkidung untukku...di masa lalu.

Kenapa kau sisakan perih saat laju cinta ingin kita raih ujungnya? Kenapa kau sisakan sendiri saat jiwa kita telah berbagi?

Aku pahami, kau punya rasa pada apa yang aku rasa; tentang ngilu ini. Tapi kau bisu.

Friday, May 1, 2009

Kla Project - Bantu Aku

Biarku utarakan saja
Segenap rasa mengendap di dada
Lewati desah nada lagu
walau sumbang terasa sendu
siratkan seribu makna
bagimu dambaan jiwa

Masih tetap terjaga s'lalu
sebentuk cinta kasihku buatmu
Sejak kau tanamkan harapan
kusambut dan membuka tangan
tega kau buyarkan impian

Bantu aku lari dari bayangmu
hasrat melupakanmu
usah lagi senyum sapamu mengganggu
Engkau bukan untukku

Terlanjur aku terjatuh
mencoba bangkit dan berjalan lagi

Monday, April 27, 2009

Bengis

Mungkin tiba pada masa mengubur semua cerita yang sungguh telah kamu hempaskan. Kubayangkan ada sedikit sisa sekalipun seujung kuku hitam hingga aku bisa torehkan rindu pada masa lalu. Tapi tak ada! Kamu begitu bengis melupa seakan ini adalah perjalanan yang tak layak kenang. Semoga sakit yang kamu berikan ini membantuku menanggalkan seluruh impianku denganmu. Seperti yang telah kamu lakukan kepadaku.

Sunday, April 26, 2009

Afgan - Bukan Cinta Biasa

Kali ini kusadari
Aku telah jatuh cinta
dari hati ku terdalam
sungguh aku cinta padamu

Cintaku bukanlah cinta biasa
Jika kamu yang memiliki
Dan kamu yang temani ku
seumur hidupku

Trimalah pengakuanku
Percayalah kepadaku
Semua ini ku lakukan
karna kamu memang untukku

Cintaku bukanlah cinta biasa
Jika kamu yang memiliki
Dan kamu yang temani ku
seumur hidupku

Trimalah pengakuanku
---

Untuk seseorang yang selama ini telah kutitipi hatiku dan temani pikiranku. Lagu ini untukmu.

Kertas - Rintang

Bukan salahmu mencintaiku
bukan maksudku meninggalkanmu
tapi apakah salah jika
kita tak mesti bersama
aku akan setia menunggumu
hingga kau kembali padaku

Tak ingin menjadi rintang di hidupmu.
tetaplah engkau jalani apa yang kau mau
tak ingin menjadi..beban di langkahmu
tetaplah engkau jalani apa yang kau mau

Ku kan selalu menunggu
aku akan selalu setia menunggu
hingga kau kembali 3x
disisiku lagi....

Kertas - Ampuni Aku

Ampuni Aku

yang selalu mementingkan egoku
maafkanlah aku
tak pernah hargai ketulusanmu

Ampuni aku
yang selalu mementingkan egoku
maafkanlah aku
tak pernah sadari berharganya kamu

Bila kau pergi
ku tak berarti
hubungan ini
jangan terhenti

Ampuni aku .....
Ampuni aku .....
Ampuni aku .....
Ampuni aku .....

Ampuni aku .....wooo...

bila kau pergi ...
aku sendiri ...
bila kau pergi ...
aku tak berarti ...
sebagai kekasih ...

Sunday, April 19, 2009

Ebiet G Ade - Ada Yang Tak Mampu Kulupa

Ada yang tak mampu kulupa
bulu lembut di keningmu
yang meremang kala kukecup
dan ketika kusibak rambutmu

Ada yang tak hendak kubuang
serangkaian kenang-kenangan
yang tergambar di gelap malam
dan tersimpan di pucuk daunan

Langit di atas simpang jalan
menemaniku bernyanyi
bagai gejolak pohonan runtuh
bersama gitar bersama sepi
bersama luka dan cinta
aku masih sempat bernyanyi lagi

Ada yang mesti kupikir lagi
melepas dendam dan sakit hati
dan berjuang membendung benci
Tuhan, jagalah tanganku ini

Friday, April 17, 2009

Tahi!

Tahi, sekalipun bau dan menjijikkan sebenarnya adalah sesuatu yang membuat kita sehat. Sehat bukan untuk dimakan atau dinikmati aromanya --gila! jangan pernah membayangkannya-- tapi karena keberadaannya setelah keluar dari tubuh kita membuat badan berasa lebih nyaman...enteng dan lega.

Tahi sudah identik dengan sesuatu yang menjijikkan. Dalam pergaulan sosial, tahi adalah salah satu kata 'umum' untuk mendeskripsikan hal-hal yang menyebalkan dan menjengkelkan. Bahkan 'benda' ini sering menjadi salah satu kata umpatan selain umpatan jenis binatang (anjing, kampret, babi dsb).

Tapi tahi tetap saja tahi. Gak pernah lebih...

Wednesday, April 15, 2009

Menikmati Sakit Hati

Di sepi masih saja namamu yang lenakanku pada buaian mimpi. Entah kenapa. Sepertinya ini kesengajaan yang kamu lakukan untuk tetap hidupkan lentera kecil yang nyalanya justru pernah ingin kau padamkan. Mungkin juga ini keburuksangkaanku kepadamu yang tak lagi inginkan aku kitari kiri kananmu.

Aku sadar bahwa tidak berbekas lagi semua rindu yang sempat tumpah melimpah. Seperti jejak kaki di pasir yang samar dan hilang ditelan tak lebih dari 2 sapuan ombak. Begitu mudahkah semua itu, sementara aku sibuk menata hati, membaris pikiran dengan sejuta usaha yang buatku --terlihat-- tegar demi satu romantisme? Konyol!

Tapi bisa apa aku?

... The clock keeps tickin' and I keep on thinkin' 'bout you
I'm knockin' at the door of your heart but I can't break through...


Sempat berasa sakit di ulu hati didera cerita bengis yang tersaji

...Now she's gone
She didn't even say goodbye
I guess she didn't have the heart to try
She didn't even have the guts to lie
Father time
Only you can turn the page
And close the curtain on this empty stage
Only you can take my pain away...


Hanya kamu!

Lyric taken from Father Time by Richie Sambora

Sunday, April 5, 2009

Tak Perlu Mencoblos

Saat ini di negeri kita yang cantik hampir setiap jengkal terpampang foto "malaikat" dengan tampilan mencolok, norak, ndesit ditambah bumbu kata-kata yang indah. (Malaikat? Mohon maaf untuk semuanya, aku sebut begitu tanpa maksud mendiskriditkan agama atau kepercayaan apapun. Itu pilihan karena mengacu pada film-film Hollywood yang mengusung cerita 'malaikat palsu'; Malaikat yang asalnya dari manusia).

Biasanya aku selalu baca tulisan-tulisan di spanduk, baliho atau bilboard yang terpampang mencolok di pingguir jalan. Tapi belakangan itu tak menarik lagi buatku. Selain karena bosan membaca tulisan yang artinya itu-itu saja, aku juga merasa betapa banyak uang yang terbuang untuk produksi material itu. Yang pada akhirnya nanti hanya terbengkelai, ambruk, sobek, sisakan sampah di pinggir jalan, paku-paku di pohon dan kayu-kayu terikat di pagar jalan. Alangkah berantakannya.

Aku yang tadinya sempat terkagum-kagum dengan makna dan cita-cita tulisan itu tiba-tiba menjadi muak. Banyak yang tak kenal dengan foto-foto itu, apalagi kenal namanya (yang juga terpampang di situ). Kemana saja mereka selama ini? Kenapa baru muncul sekarang dan gembar-gemborkan janji mengatasnamakan rakyat? Kenapa ingin dikenal di putaran lima tahunan? Kenapa merasa dekat (dan ingin terlihat dekat) dengan rakyat di saat-saat seperti ini? Apakah jika terpilih akan  menjamin 'malaikat' itu ingat apa yang pernah dia janjikan untuk rakyat?

Ada ajaran bahwa 'jika tangan kananmu berbuat baik, tangan kiri tak perlu tahu'. Busyettt, ini adalah ajaran kebaikan yang meninggikan nilai-nilai keihklasan, ketulusan dan kejujuran. Tak perlu menyumbang korban bencana alam sambil mengundang puluhan wartawan jika ada ketulusan. Tak perlu --sok akrab-- memeluk rakyat miskin hanya karena ingin mencari massa.

Ketulusan itu tidak pernah berharap pada pamrih. Semua tahu itu! Lebih jauh lagi, tak perlu menjadi orang terkenal (bahkan sampai memasang foto aneka gaya) hanya untuk melakukan kebaikan untuk rakyat. Apakah jika tidak terpilih, malaikat-malaikat itu tidak memperjuangkan sesuatu untuk rakyat seperti spanduk dan balihonya? Alangkah naifnya...

Begitu pentingkah menjadi 'malaikat'? Atau ada sesuatu yang ingin diraih hingga pesta lima tahunan menjadi arena paling bergengsi untuk diperebutkan? Lebah tidak akan terbang jauh jika tak ingin mencari madu...

Sebagai rakyat --sekalipun dengan harapan kecil-- kita hanya bisa berharap kebaikan pada sistem yang sudah ada. Silakan para malaikat itu memasang foto andalan dan tulisan segede gajah tentang janji-janjinya. Rakyat hanya harus/bisa memilih. Apakah tidak memilih itu adalah sebuah pilihan? Semoga spanduk, baliho, bilboard itu menjadi sertifikasi janji tulus untuk membangun negeri ini, terpilih atau tidak terpilih. Karena mengabdi untuk bangsa itu tidak harus menjadi pejabat...

Pemilu ini tak perlu mencoblos!

Cukup contreng saja...

Rencana dan Fokus

Rencana itu tak selalu berjalan mulus. Itu aku akui. Segala sesuatu yang sudah kita 'rencanakan' dengan matang sering tak sampai pada tujuan yang ingin kita raih. Sering berbelok, kadang berputar arah bahkan kadang kembali ke awal rencana. Kalau sudah begini, salah siapa?

Sepertinya tidak ada yang bisa disalahkan, namanya juga rencana. Segala yang ada di sekeliling kita mau tak mau akan menjadi faktor yang mempengaruhi satu rencana. Banyak yang bilang juga karena kita tidak fokus sehingga satu rencana bisa meleset. Benarkah? Jika begitu, apa penyebab 'tidak fokus' itu? Bukankah tidak fokus itu juga disebabkan oleh 'faktor lain'? Jangan-jangan faktor lain itu muncul karena kita tidak piawai untuk konsentrasi menuju fokus? Oalah, mari tundukkan kepala sejenak untuk bingung bersama hehehe...

Barusan kepikiran, apakah rencana itu sebenarnya jalan menuju fokus? apakah rencana itu ada karena seseorang itu butuh fokus? Jadi kira-kira, apakah "kasta" fokus itu lebih tinggi dari kasta rencana?

Semprul, kenapa aku jadi mikirin kayak gini ya...

Friday, April 3, 2009

Bertemu Lentera (Lagi)

Malam ini aku bertemu lagi dengan temanku, Lentera. kata-katanya yang jenaka membuatku tak terkantuk di malam yang melelahkan ini. Cerita-ceritanya membuatku merasa duniaku dipenuhi banyak keindahan, begitu ringan, realistis dan kadang-kadang ngawur. Anehnya, justru di situlah aku rasakan energi positif yang membuatku bisa lepaskan suntuk, hilangkan penat dan uraikan kecamuk.

Seperti pada malam sebelumnya, Lentera mengawali pembicaraan mengenai pekerjaanku, kemudian menyoal anak-anak dan keluarga yang dicintainya. Soal sang kakak muntah usai terbatuk-batuk di tidurnya karena alergi, soal jagoannya yang hampir saja dibawa ke UGD karena tidak bisa pup 2 hari, soal suaminya yang asyik-masyuk membongkar komputer, soal sang bunda yang jagoan naik motor roda dua, dan sebagainya.

Bagi banyak orang, mungkin, cerita itu biasa saja. Tapi buatku cerita itu seperti memberiku  jawaban atas pertanyaan  'bagaimana seharusnya hidup'. Tidak ada sedikitpun terlintas keluhan atas semua kesibukannya mendampingi persoalan-persoalan rumah tangga. Gaya bertuturnya yang enteng dengan pilihan kata yang 'sekenanya' justru membuat orbolan itu menyatu dengan dirinya. Aku hanya menimpali sesekali, karena melihatnya bertutur manyun adalah hal yang indah sekali.

Lentera seperti mewakili mimpi setiap wanita pekerja Jakarta; Tetap bekerja tanpa harus kehilangan waktu mengurus anak-anak dan suaminya. Betapa Indahnya...

Thursday, April 2, 2009

Rindu Ruang-Ruangku (3R)

Akhirnya aku bertemu lagi dengan ruangan tempatku berkata-kata. Ruang-ruang tempat menyumpah dan berbicara dengan otak kiriku. Sepertinya rutinitasku benar-benar mengganggu kedekatanku dengan blog ini. Diujung hari aku hanya sisakan kantuk dan lelah untuk sekadar menuangkan satu atau dua kalimat saja. Sungguh terlalu!

Banyak cerita yang ingin kugelontorkan di blog ini. Tentang sahabat baruku yang anaknya lucu minta ampun dan belakangan tidak membalas telponku karena sakit (Kupikir tadinya dia sengaja tidak mau lagi berteman denganku). Juga tentang seorang teman yang selalu merasa dirinya adalah simbol kebenaran planet ini, Ia selalu merasa bahwa kebenaran tidak pernah berasal dari luar dirinya. Ada lagi tentang seseorang --eh dua orang ding-- yang dengan sukses meninggalkanku dalam kesepian panjang. Dan masih banyak lagi...

Buatku, ruangan ini tak terganti. Tapi selalu ada hal yang menggodaku untuk memikirkan alternatif melepaskan pikiran selain di sini. Salah tiga (bukan salah satu) yang bisa kusaluri perasaan yang tidak menentu itu adalah lagu-lagu di komputerku. Saat melihat Langit berteriak Onadowati ciiiiaaaaaa... juga cukup menghiburku, sekalipun itu adalah upah ketidakbecusanku membendung s(h)i(t)netron dari tv. Ditambah manjanya Lintang yang tak sejengkalpun merelakanku bermanja dengan adiknya....hehehe....

Aku masih ingin tetap menulis di sini.
Semoga sejak ini aku bisa lebih rajin berada di sini...

Wednesday, March 25, 2009

PR The Smile Stone Award

the-smile-stone-award1Dulu aku pernah mendapat PR Blog saat awal-awal bergabung di blogdetik. Dan seperti PR-PR yang aku terima sejak aku masih kecil; Aku sering lupa mengerjakannya. Tapi kali ini aku mau jadi blogger yang rajin mengerjakan PR, biar naik kelas. Buat Bro Boeding (http://boeding.blogdetik.com), terima kasih atas 'kepercayaannya' memberiku PR lucu ini.

Maaf, untuk logo The Smile Stone Award aku ulik sedikit biar warnanya tetap satu rasa dengan themes blogku. Tapi tenang, warna kuning tetap muncul kok sebagai warna asli logo The Smile Stone Award. Please, mohon jangan disomasi ya hehehe. Kalau d'Blogger pengen dapetin versi asli logo The Smile Stone Award, silakan klik disana. Dimana? Disana, di blognya Bro Boeding...hahaha...biar tambah pusing deh.

Ok, sekarang PR-nya aku jlentrengkan ya, silakan disimak:

  1. Blogger yang mendapat Award dan PR ini harus memajang banner di blognya

  2. Tautkan link blog yang memberi Award dan PR pada banner tersebut

  3. Nominasikan minimal 7 Blogger untuk menerima Award dan PR selanjutnya, dan pastikan mereka benar-benar menerima pemberitahuan nominasi itu

  4. Sebutkan 10 hal yang membuatmu tersenyum hari ini

  5. Pastikan peraturan ini diposting Award dan nominasi kamu


PR nomor 1 dan 2 udah aku selesaikan.

Dan inilah 7 blogger yang aku nominasikan....jreng, jreng...

  1. Rumahkayu ~ http://rumahkayu.blogdetik.com

  2. Padiemas ~ http://padiemas.blogdetik.com

  3. Yudhiapr ~ http://yudhiapr.blogdetik.com

  4. Maureen ~ http://thismaureen80.blogdetik.com

  5. Baba ~ http://babacilukba.blogdetik.com

  6. Julie ~ http://julie.blogdetik.com

  7. Lemontea ~ http://lemontea.blogdetik.com


Terakhir adalah 10 hal yang membuatku tersenyum hari ini...

  1. Inget Lintang yang kalau bobo maunya aku dipeluk

  2. Inget Langit yang semua hal maunya aku layani

  3. Liat foto dan komentar lucu di Facebook

  4. Bayangin wajah temen yang gak bisa buka Facebook di jam kerja

  5. Inget gila-gilaan ama teman-teman di Buncit yang selalu "gak sehat"

  6. Liat avatar Cyperus yang aerodinamis

  7. Inget BCL di motor, mobil, meeting, gila pokoknya!

  8. Lintang SMS indah banget buatku

  9. Saat ngliat mukaku di kaca, minim banget

  10. Mikir betapa lamanya ngerjain PR ini


Tuh udah selesai PR-nya. Aku sudah hitung waktunya mulai mengerjakan PR ini sampai selesai; 2 jam.

Ampun dehh...

Gigi - Cinta Terakhir

Tak semestinya
Ku merasa sepi
Kau dan aku
Di tempat berbeda
Seribu satu alasan
Melemahkan, tubuh ini

Aku disini
Mengingat dirimu
Ku menangis tanpa air mata
Bagai bintang tak bersinar
Redup hati ini

Dan ku mengerti sekarang
Ternyata kita menyatu
Di dalam kasih yg suci
Kuakui kamulah cinta terakhir (cintaku)

Wednesday, March 18, 2009

Gara-Gara Menunggu

Kemarin adalah hari paling penuh ujian kesabaran buatku. Dan aku menggores sejarah pagi itu; Aku bisa marah karena menunggu. Gara-garanya sepele, aku harus menunggu untuk mengurus sesuatu di sebuah kantor layanan publik negeri.

Setelah mengisi nama dan alamat di buku antrian kuno (buku catatan panjang, yang bisa untuk catatan tukang kredit keliling tahun  80-an) aku duduk menunggu di bangku ketiga, sebelah suami istri yang juga sedang antri. Tak sampai 5 menit, suami istri tadi mendapat panggilan dari pegawai cantik yang masih wangi. Aha, sebentar lagi giliranku...asekkk...

Sekitar 10 menit kemudian suami-istri itu keluar. Tapi namaku tak juga dipanggil. Aku santai, mungkin pegawai cantik tadi masih berbenah. 10 menit, 15 menit tak juga dipanggil. Malah aku melihat seorang tamu yang slonong boy masuk ke ruangan itu dan mendapat layanan lebih dulu. Bebek aja ngantri! Tapi, sabarrr...aku ngelus dada...sabarrr....

Sampai akhirnya ketika tamu "bukan bebek" itu keluar, aku menghampiri ruangan itu. Saat itu aku lihat pegawai cantik itu sedang online dengan HP-nya. Sementara pegawai yang lain bolak-balik di depanku. Sibuk. Sekilas pegawai cantik itu melihatku dengan tetap asik menelpon, tanpa ekspresi dan tanpa sungkan.

Emosiku mulai terpancing merasa diabaikan dan tak satupun pegawai di kantor itu yang berinisiatif membantuku, padahal sudah tidak ada satupun tamu. Setelah kulihat pegawai cantik itu menaruh HP-nya, aku mengetuk pintu yang terbuka, tanda minta perhatian.

"Mbak, giliran saya kapan?"

"Sebentar ya, Pak" tukasnya sambil tetap menghadap komputer.

"Mbak, tolong saya dikasih alasan, kenapa saya harus menunggu..."

"Sebentar ya Pak, sedang disiapkan," elaknya. Disiapkan? Disiapkan apanya? Dia belum tahu kepentinganku ke situ mau ngapain tapi dia bilang sedang disiapkan. Jago banget nih, pikirku...

"Mbak, sebenarnya urusan saya ini siapa yang mau menangani? Apa pegawai bagiannya belum datang?" desakku. Intinya, kalau saja pegawai cantik itu bisa menjelaskan alasan masuk akal kepadaku kenapa aku harus menunggu, aku akan menunggu.

"Semua bisa saya tangani Pak, jadi nanti saya yang tangani." Weladhalah, saya tambah empet sama kalimatnya yang semakin tidak profesional.

"Mbak, saya harus nunggu sampai kapan ini?" Intonasiku mulai meninggi.

"Bapak tunggu aja dulu, nanti saya panggil. Pekerjaan saya belum selesai," kilahnya. Semprul. Cantik-cantik ngomong seenak udelnya.

"Mbak, kalau pekerjaan Mbak selesai, Mbak nggak bakal di sini, kalau nggak pulang yang Anda dimutasi!" jawabku sambil melotot.

Tak sampai 10 detik kemudian tiba-tiba seorang pegawai laki-laki (yang tadi lalu-lalang di hadapanku) menghampiri dan membantuku menyelesaikan urusan pagi itu. Tak sampai 10 menit urusanku selesai. Coba dari tadi aku dilayani sesuai standar layanan umum (emang ada? hayahhh...), tak akan ada emosi dan pegawai cantik itu tak perlu keki.

Duh, kenapa layanan publik negeri selalu begitu...

Monday, March 16, 2009

Ari Lasso - Kau

Kau hanya asa yang tertunda
Menunggu seribu tahun di dalam sunyiku
Dan tiada kata berpisah
Walau wangimu kini tiada kuasa kurengkuh

Reff :
Di hati tertulis sejuta kisah
Tentang dirimu dan penantianku
Biarlah kini terlukis dalam jiwaku
Harum nafas kasihmu
Sungguh…

Kau pesona dalam hidupku
Telah mengisi detik demi detik terindah
Ku relakan kau bersamanya
Teriring s’moga kau tetap mencintaiku

Aku Harus Tetap Gila

Sepertinya bulan ini pikiranku melayang entah kemana. Ribuan cerita, ide gila yang biasanya bermunculan dalam kata, gerak dan tulisan berhenti begitu saja. Gemblung! Padahal aku merasakan seabrek ide sedang memenuhi pikiranku. Tapi kenapa tak bisa aku semprotkan seperti biasanya? Malahan aku merasa lubang yang biasanya bisa aku atur untuk mengendalikan alirannya mampet. Ini aneh.

Setelah aku renungkan di kamar mandi (tentu tanpa mandi) aku sedikit menemukan pencerahan. Mungkin ini karena aku terlalu banyak menahan pikiran dan kata yang (dulu) biasa aku umbar sesuka hati. Ini juga aneh. Tak biasanya aku menahan pikiran dan ide sinting dalam tempurung otakku. Apa akau sedang jatuh cinta? Cuiiihhh!!! Atau jangan-jangan aku sedang memasuki frase 'waras' dalam sejarah hidupku? Mbuhlah, aku gak ngerti!

Mungkin karena itu juga seminggu lalu aku terkapar tak berdaya; sakit. Badan rentaku merespon dengan cepat aktifitas pikiranku yang macet total. Pikiranku yang membuatku sakit. Pikiran yang semakin lama justru semakin mengkhawatirkanku. Mau tak mau aku harus menjadi polisi yang piawai mengatur lalu lintas pikiranku ini. Kalau perlu, aku main semprit buat menilang pikiran, rasa dan ide yang bandel menggumpal plus mambuat macet pintu yang harus dilewatinya. Aku hanya ingin tetap gila seperti sedia kala. Aku harus tetap gila. Ya, aku harus tetap gila!

Wednesday, March 4, 2009

Secuil Waktu

Masih saja aku menyusuri jalan yang tautkanku kepadamu. Meskipun sendiri, aku masih membaui wangi tubuhmu. Sempat kupandangi telapak tanganku yang dingin usai hujan. Saat itu selalu ada jari lentik dan hangat yang selalu kugengam.

Aku melangkah menuju koridor tempat engkau memanja memelukku. Bahkan sekali waktu kamu pernah bergelayut mesra sambil mencium kepalaku. Bangku, makanan, pintu, aspal, pohon, tangga, atm, malam, gerimis dan semua yang kulalui ingatkanku padamu pada secuil waktu.

Tuesday, March 3, 2009

Newdays - Bila Malam Tiba

Mati aku ketika mengingatmu
Dikau yang menghancurkan aku
Kau serahkan kepadanya
Hatimu yang terindah
Akhirnya dialah yang menangkan hatimu

Reff:
Bila malam tiba
Aku selalu bertanya-tanya
Apa yang kau lakukan
Bila kau disampingnya
Mengharap cinta
yang tak semestinya ku harapkan
Tuhan tolonglah aku
Tuhan tolonglah aku

Sakit aku
Melihatmu jatuh ke dalam pelukannya
Hancur aku ke dalam sendu
Aku hanya sendiri
Di tepi mimpi kelam sejuta bayangmu

Walau mimpi telah mati
tak akan ku coba tuk mengakhiri hidup ini

Thursday, February 26, 2009

Lie Tsu Sie (1)

Lie Tsu Sie mengibaskan rambutnya yang hitam sebahu. Anak rambut yang lembut di keningnya ikut bergerak terhapus lengan bajunya. Ujung hidung dan pipinya memerah merespon dinginnya udara di negeri China. Dari tempatnya beristirahat, Lie Tsu Sie bisa melihat keindahan kampung kelahirannya: Rumah-rumah, klenteng, aliran sungai Yangtze dan pohon-pohon bambu.

Sekitar 12 tahun Lie Tsu Sie  melewati masa kecilnya di kampung itu. Hidup sebagai anak tertua dari 5 bersaudara membuatnya harus berpikir lebih dewasa. Dia harus bisa menjadi orang tua bagi adik-adiknya saat ayahnya bekerja di sawah dan ibunya menjadi buruh pabrik korek api. Menanak nasi, membersihakan rumah, mencuci baju adalah pekerjaan harian yang tidak pernah ia lewatkan.

Sore, saat matahari hampir tak terlihat, dia selalu mambuatkan teh dan menyiapkan makanan untuk ayah dan ibunya. Panci berisi air selalu ia sediakan di depan pintu untuk ayah dan ibunya mencuci kaki dan tangan sebelum masuk rumah. Pabrik tempat ibunya bekerja letaknya lebih jauh dari sawah dimana ayahnya berlumpur.  Jadi ayah selalu menunggu ibu di pinggir sawah untuk pulang bersama.

Sebenarnya Lie Tsu Sie tidak tega melihat kedua orang tuanya bekerja sekeras itu, tapi dia tidak bisa mencegahnya. Karena ada banyak mulut yang harus makan. Maka membersihkan rumah serta mengurus adik-adiknya adalah satu-satunya hal yang bisa dilakukannya untuk membantu orang tuanya.

Hingga suatu hari sebuah keputusan terberat dalam hidup Lie Tsu Sie harus diambil. Keputusan untuk meringankan beban orang tuanya sekaligus meninggalkan adik-adiknya.  Malam itu, ketika matanya hampir saja terpejam, ibunya membangunkan pelan sambil menaruh jari telunjuknya tegak lurus di mulut.

"Lie, bangunlah, ada yang ingin kami bicarakan."

Lie Tsu Sie membuka matanya.  Sedikit terheran-heran dia mengikuti ibunya berjalan menuju ruang depan, dimana ayahnya sudah duduk menunggu.

"Duduklah Lie," kata ayahnya. Ibunya mengambilkan secangkir teh untuk Lie Tsu Sie. Ini kali pertama ibunya melayaninya seperti itu hingga membuat Lie Tsu Sie makin terheran-heran (bersambung)

Thursday, February 19, 2009

Aku Hanya Rindu

Waktu melenggang begitu saja, mengibas pada rentetan kebersamaanku denganmu. Sedikitpun ia tak sisakan pikiran untuk sekadar mengenang sisa wangi tubuhmu pada malam yang aku lewati sendiri. Maka, ketika rinduku padamu tak lagi temukan hulunya, aku mengais pada kenangan yang pertemukanku denganmu dalam duniaku sendiri; Satu-satunya dunia yang aku miliki tanpa seorangpun sanggup tinggali. Pun kamu.

Dan aku temukan: Lagu-lagu melankolis itu, lagu banci yang kamu benci . Warna gelap-terang yang kau sukai itu, warna jiwamu. Minuman kesukaanmu dengan bulir embun dingin di gelasnya, terteguk bibir indahmu. Tulisan tentang kerinduanmu nan puitis kepadaku, siratkan ketakutanmu akan pergiku. Masih banyak lagi...

Semua itu kembalikanmu kepadaku. Pada pelukanku yang tak pernah ingin melepasnya dan membiarkanmu berlalu.

Aku hanya rindu, jika itu yang ingin kamu tahu.

Wednesday, February 11, 2009

Chrisye - Kesan Di Matamu

Kadang aku masih saja
Mencari bayangan dirimu
Terasa rindu yang tak pernah kan hilang
Walau ditelan waktu

Kadang saat kemaraupun hujan
Kadang malam tak berbintang
Apakah mungkin yang Kurasakan
Akan jadi kenyataan

Seakan matamu bicara
Yang tak mampu untuk berkata
Jangan biarkan kutersiksa
Terlena tak berdaya
Diantara kesan di matamu

Ebiet G. Ade - Untukmu Kekasih

Ingin berjalan berdua denganmu, kekasih
lewati malam setelah usai rinai gerimis
lelawa jadi luruh dengan rumput biru
jemari tangan kita lekat jadi satu
pipimu memerah, hasratku merekah
kenapakah waktu tertinggal jauh?

Kukatakan kepadamu tentang hijau huma
yang bakal kita kerjakan dengan sederhana
kita segera akrab dengan sinar pagi
nyanyikan kupu-kupu hinggap di rambutmu
tersenyum kamu, tertawalah aku
kenapakah waktu tertinggal jauh?

Malam, suntingkan rembulan untukku
agar cinta tak berpaling dariku
lama aku pelajari satu puisi
sayang bila hanya angin yang mengerti
Oh, burung bernyanyilah
demi terjalin cinta
oh oh oh

Malam, suntingkan rembulan untukku
agar cinta tak berpaling dariku
lama aku pelajari satu puisi
sayang bila hanya angin yang mengerti
Oh, burung bernyanyilah
demi terjalin cinta
oh oh oh

Tuesday, February 10, 2009

Elin

Sekitar 8 tahun lalu, Elin adalah wanita paling muda di kantorku. Terbukti saat hari lahir kantorku diperingati, Elin adalah penerima potongan tumpeng dari Ndoro Sepuh (Hehehe, gak apa-apa ya Mas Bud, saya sebut begitu...) sebagai pegawai paling muda. Namun begitu, sikap dan prilakunya sudah terhitung matang.

Elin wanita yang baik, santun dan agak sedikit pendiam. Perubahan gaya hidup di kiri kanannya tidak membuatnya terpengaruh menjadi wanita metropolis yang hedonis dan glamour. Elin tetap pada dirinya: Ramah, santun, sabar, polos, dan bersahaja. Sholat tidak pernah Elin lewatkan, sesibuk apapun. Inilah wanita surga, pikirku...

Elin tidak terlalu tinggi, kulitnya coklat muda. Rambutnya bergelombang sepundak. Satu-satunya tanda yang mudah dikenali adalah tahi lalat di sebelah hidungya. Tapi percayalah, itu justru membuatnya semakin terlihat anggun dan menarik. Maka tak salah jika suatu pagi Elin terheran-heran menemukan setangkai mawar merah di atas meja kerjanya. Tanpa nama pengirim (Beberapa teman sempat 'menuduhku' yang menaruh bunga itu, mengingat reputasiku sebagai satu setan jahil di kantor. Tapi jujur bukan aku!). Elin hanya tersenyum. Dengan sikap simpatik dia menaruhnya di meja. Tidak langsung membuangnya di tempat sampah seperti wanita-wanita sok cantik sedunia. Dan bunga itu adalah satu bukti bahwa banyak laki-laki yang mengaguminya. Pun aku dan beberapa sahabatku.

Perjalanan waktu membuat Elin semakin dewasa dan matang. Perubahan busananya menjadi wanita berkerudung semakin mengukuhkannya sebagai seorang istri yang shalehah dan ibu yang anggun untuk putrinya, Nashwa. Karena sikapnya itulah Elin dipanggil 'Bunda' oleh teman-teman sekantor yang lebih muda darinya.

Beberapa waktu lalu aku sempat ngobrol dengan Elin membahas panggilan barunya itu.

"Lin, gak terasa ya, tau-tau sekarang kamu udah tambah tua. Banyak yang manggil kamu Bunda. Padahal dulu, sepertinya kamu paling muda di sini," kataku.

"Iya Mas, waktu, cepet banget ya..." tukasnya sambil tersenyum. Elin tidak mencak-mencak seperti wanita lain yang aku bilang 'tua'. Memang Lin, waktu berjalan cepat dan tak terhenti, batinku, sambil melihat perut buncitnya yang berisi anak kedua.

Siang tadi aku mendapat e-mail:

Dear all

Kronologis musibah yg dialami Elin mengenai meninggalnya putra kedua Elin didalam kandungan (usia kandungan sekitar + 6 bulan lewat, sebelumnya maaf kl infonya kurang jelas krn info inipun didapat dr suamnya elin yg juga masih binggung dgn situsiasi yg sedang dihadapi),

Jumat malam, 6 Feb. 09, elin mengalami sakit perut (mungkin kontraksi) lalu dibawa ke dokter dimana dia biasa memeriksakan kehamilannya kondisi elin dan bayinya menurut dokter tidak mengkhawatirkan, tetapi selang beberapa jam kondisi Elin justru pingsan dan langsung dibawa ke RS Haji Jakarta (selama perjalanan sesekali Elin sadar), lalu kondisi elin dan bayinya diperiksa, kondisi bayinya saat diperiksa detak jantungnya sangat lemah: kondisi Elin makin ngedrop saat mengetahui kondisi bayinya tersebut), sampai akhirnya Sabtu, 7 Feb. 09, bayi Elin tidak tertolong dan harus diangkat melalui operasi caesar, sampai pagi ini senin, tgl 9 Feb. 09 kondisi Elin belum stabil, tetapi menurut info dari suaminya Elin sudah mulai sadar walau sesekali masih pingsan, mungkin krn kondisi belum stabil ini pula maka Elin masih dirawat di ruang ICU.

Keadaan berubah dengan cepat dan apa adanya. Dunia berputar dan tak peduli dengan apa yang ada di atasnya. Pohon-pohon tumbuh, tumbang dan hilang. Bunga-bunga tunas, mekar dan juga hilang begitu saja. Seterusnya.

Elin masih tergolek di rumah sakit sore ini.

Di bagian akhir tulisan ini, mari kita iklaskan doa untuk Elin. Semoga kemurahan-Nya kirimkan kesehatan dan kekuatan untuk Elin dan keluarganya. Amin.

Cepat sehat ya Lin...

Friday, February 6, 2009

Janji Dengan Tuhan

Malam baru saja datang. Senja yang baru saja hiasi langit dengan mendung kemerahan beranjak dari sudut mataku. Sisa gerimis di bebatuan dengan rumput kecil basah pantulkan aroma tanah yang lembut ke paru-paruku. Aku pejamkan mata, seperti hendak usir puluhan kelelahan yang aku alami hari ini.

Di hadapanku seperti bayangan, seorang wanita cantik berambut lurus berpipi oval menikmati hulu malam dengan gaya yang sama. (Kecantikannya ingatkanku pada sahabatku kecilku yang entah kini berada di mana). Sesekali aku mencuri lihat ke arahnya. Pasmina putih yang menutupi sebagian pundaknya berkibar perlahan setiap dia menatap ke langit sambil menghirup wangi tanah. Aiiihhh cantiknya...

Aku masih terpancang pada keindahan wanita di hadapanku ketika aku menangkap jejak air mata membekas di kedua pipinya. Segera kubuang pandangan mataku pada rumput hijau basah di sekelilingku. Aku tak sanggup....aku tak sanggup melihat wanita menangis. Pada keindahan seperti itu, kenapa masih diciptakan air mata untuk kesedihannya? Semoga itu adalah air mata atas kegembiraannya...

Di bimbang rasa tak kuasa melihat air mata, aku hantarkan tubuhku pada sisi kanannya, tepat di sudut bebatuan. Sekelebat angin sertakan wangi tubuhnya pada pikiranku yang lunglai menilai kata pertama yang harus aku buka.

"Kenapa engkau menangis?"

Wanita itu melihatku dengan mata sembab. Aku terhenyak. Matanya membias melukis sepercik air di tiap kelopaknya. kecantikannya tak luruh karena tangisan itu. Sekilas kulihat sebuah gelang hitam di lengannya yang menjuntai putih bersih berbulu lembut. Berkali-kali jemarinya meremas gelang hitam itu, seperti hendak menghancurkannya menjadi debu dan membebaskan lengannya yang memerah tertindas gelang hitam itu.

"Aku ingin menari. Aku ingin menari. Aku ingin melepaskan pikiranku pada tarianku," jawabnya gusar. Tanganya tak henti berusaha lepaskan gelang hitam yang makin basah oleh semburat air matanya.

"Lalu kenapa tak segera engkau menari?"

"Aku sudah berjanji pada Tuhan,"

"Pada Tuhan? Janji apa yang engkau berikan?"

"Aku berjanji tak akan menari jika gelang ini masih bertengger di lenganku," katanya lirih. Kemudian wanita cantik itu menunduk. Kali ini aku dengar isaknya dengan jelas. Kesedihan yang bisa kuukur sedalam apa. Kepedihan yang bisa kuterawang sejauh mana. Tak ada wanita yang relakan air matanya membanjir hanya karena persoalan yang dangkal. Dan menari bukanlah hal yang dangkal.

Aku berpikir, bahwa Tuhan terlalu bijaksana untuk mengingat janji duniawi yang tak berurusan langsung dengan-Nya. Tuhan mengerti bahwa pencapaian ketenangan hatilah yang akan hantar seseorang pada pemenuhan janjinya. Bukan karena sebuah gelang hitam. Tapi itu masih pikiranku. Entahlah sesungguhnya. Tuhan lebih tau...

Tak ada kata yang aku ucapkan. Spontan kuraih pundaknya, kupapah dia berdiri di depan dadaku. Kepalanya tetap tertunduk. Kubentang tangannya sambil menuntunnya bergerak perlahan. Menari! Lamat-lamat kumainkan suara gamelan dengan mulutku di telinganya. Berharap malam ini suara tetabuhan yang aku dengungkan bisa curahkan semangat buatnya menari.

Wanita cantik itu kurasa semakin berat. Dan sedetik kemudian dia luruh di hadapanku. Terkulai tak bergerak. Matanya terpejam dan sisakan kelopak basah di sudutnya. Di lengannya gelang hitam itu masih menghias.