Friday, May 29, 2009

Tompi - If It's True

For the last time let me hear from you

if that is right you'll take another way to go
leaving my love across of your heart
even it hurts I will face the truth

At this moment i feel so much pain
you took my heart and you just throw it all away
and everytime we fight, you just dont care
you never want to lose
you wont try to make it up

Baby if its true you dont love me anymore
I wont stand up for this love
----

Beri aku tanda...

Tuesday, May 26, 2009

Letto - Kepada Hati Itu

Kerasnya hatimu, aku tak mampu
Aku tak mau memintanya
Betapa diriku terus mencoba
Tapi merasa, ku tak berdaya

Sepanjang waktumu tak kau biarkan
Tak kau lepaskan keinginanmu
Mencoba bertahan dari hatiku
keinginanku memilikinya

Kepada hati itu aku terlena
Dimana kau berada aku terbawa
Kepada hati itu kuterus mencoba
Dimana kau berada engkau miliknya

Harumnya nafasmu sangat sejuk
Sangat pantas dijiwamu
Begitu terasa lapar dahaga
Kasih dan cinta yang kau punya

Kepada hati itu aku terlena
Dimana kau berada aku terbawa
Kepada hati itu kuterus mencoba
Dimana kau berada engkau miliknya

Kepada hati itu kuterus mencoba
Dimana kau berada engkau miliknya

Sunday, May 24, 2009

Keilmuan

Derajat keilmuan adalah segalanya. Inilah yang selama ini menyelimuti hiruk pikuk pikiran manusia sedunia. Keilmuan yang mampu ciptakan apapun yang diimpikan, keilmuan yang mampu berikan apapun yang ingin diserahkan, keilmuan yang bisa matikan apa pun yang ingin dihabiskan, keilmuan yang bisa katakan apapun dari pikiran, keilmuan yang bisa apapun untuk apapun...

Disisi yang sejalan dengan itu, keilmuan buatku adalah anugerah. Menjembatani pemikiran keilmuan dengan perilaku keilmuan menjadi bagian terpenting dari tinggi rendahnya derajad keilmuan itu sendiri. Manakala ketidakseimbangan yang terjadi, tak lagi tercermin setitikpun keilmuan yang ratusan tahun digalinya...dan dia merugi...

Shanty Ft. Donne - Untuk Siapa

Ada hati yang patah dan itu hatiku
Rasanya nyawa ini tak ada Karenamu
Keinginan hatiku direpak mataku
Sayangnya kau belum juga merasa

Kau pikir aku ada disini untuk apa
Kau kira sejauh ini ku datang untuk siapa
Sayang ingin ku katakan ini untukmu

Kau pengaruh terpenting di dalam hidupku
Entah apa kau juga terpenting bagimu
Keinginan hatiku oh di depan mataku
Sayangnya kau belum juga merasa

Sheila On 7 - Mudah Saja

Tuhan
Aku berjalan menyusuri malam
Setelah patah hatiku
Aku berdoa semoga saja
Ini terbaik untuknya

Dia bilang
Kau harus bisa seperti aku
Yang sudah biarlah sudah

Mudah saja bagimu
Mudah saja untukmu
Andai saja.. Cintamu seperti cintaku

Selang waktu berjalan kau kembali datang
Tanyakan keadaanku

Ku bilang
Kau tak berhak tanyakan hidupku
Membuatku semakin terluka

Mudah saja bagimu
Mudah saja untukmu
Coba saja lukamu seperti lukaku

Kau tak berhak tanyakan keadaanku
Kau tak berhak tanyakan keadaanku
Mudah saja bagimu
Mudah saja untukmu
Andai saja cintamu seperti cintaku

Mudah saja...

Wednesday, May 20, 2009

(Tak) Ada Gula Ada Semut

Semut-semut di mejaku semakin mengganggu. Mulai dari gelas kopi, henpon, remote sampai papan ketik dijelajahinya. Belum lagi tumpukan kertas, dinding bahkan kaki dan tanganku digerayanginya. Memang hanya 'semut gula', tapi jika kedatangannya tak sekedar lewat, ini membuatku kelimpungan, risi dan geli. Gila!  Tak ada gula ada semut! Tak terhitung, berapa puluh semut dalam sehari aku binasakan karena menggerayangi tubuhku dan sesekali menyengatku. (Jika Ketut Epi bertanya, mengapa diciptakan kecoa. Maka aku bertanya, mengapa diciptakan semut? hehehe...)

Segala upaya sudah aku lakukan untuk mencegah kehadiran semut-semut itu, mulai dari mengamankan makanan dan minuman manis, membersihkan remah-remah makanan, mengurangi tumpukan kertas, menggunakan kapur anti semut, dan sebaganya. Tapi binatang kecil masih saja 'kondangan' ke area aktifitasku. Mungkin Raja Semut mendoktrin pasukannya untuk ekspansi ke semua kawasan dimana aku berada, demi makanan dan demi rantai kehidupan yang harus tetap terjaga. Tak peduli resikonya jika harus mati terinjak, digencet, atau tersapu tiupanku yang akan melemparkannya entah kemana.

Sungguh binatang kecil yang pantang menyerah...

Monday, May 18, 2009

Candra, Cici, Rindang, Cassandra, Diandra, Rindra, Rinda, Nanda, Baginda, Udin, Rahmat, Ratman, Fauzi atau Apalah

Ini tulisan mengenai teman baru di kantor lama yang terjadi bukan baru-baru ini. Badannya yang kurus makin terlihat kurus karena dia sering menggunakan celana ketat, model celana anak-anak punk. Aku tau dari anakku bahwa celana model itu lagi trend dan biasa disebut 'celana pensil'. Pas, memang kakinya jadi seperti pensil yang belum diraut. Setiap orang yang melihat temanku berjalan sering bertanya dalam hati, apakah kakinya cukup kuat menahan tubuhnya saat membawa tas di pundak kirinya?

Wajahnya putih, kumisnya tipis. Rambut gondrong sepundak dan selalu dikuncir. Sikapnya yang pendiam waktu itu membuat teman-temanku yang lebih dulu di kantor itu penasaran. Untung saja dia satu tim dengan karibku yang unik juga (Sama-sama suka memakai celana pensil, hanya rambutnya yang beda. Karibku ini rambutnya kriting, bergelang bahar dan pernah kepergok CEO saat merokok di kantor huahaha...), sehingga jalur-jalur canggung menjadi pegawai baru bisa dilaluinya dengan cepat.

Aku lupa siapa nama pegawai baru itu tepat 10 detik setelah dikenalkan oleh HRD. Seingatku namanya Candra, Cici, Rindang, Cassandra, Diandra, Rindra, Rinda, Nanda, Baginda, Udin, Rahmat, Udin, Fauzi atau apalah. Tapi belakangan aku mendapat konfirmasi via Mukabuku mengenai nama aslinya, yaitu....

Saturday, May 16, 2009

Pernahkah Kau?

Pernahkah engkau sedemikian ambisius untuk diakui sebagai orang 'paling' dalam masyarakatmu? Pernahkah engkau merasa sedemikian benar di sejuta kelakuan pikiranmu yang tak pernah lurus mengabdi pada tatanan etika? Pernahkah engkau bersilat lidah memutar dalil dan fakta demi sebuah pengakuan pengkultusanmu sebagai terhebat? Pernahkah gengsimu justru menjatuhkanmu pada lubang terdalam dalam kehidupanmu? Pernahkah kau mengatur fitnah dan mencibir pada kebenaran yang sebenarnya sudah ada di ujung lidahmu? Pernahkah kau?

Thursday, May 14, 2009

Rhoma Irama - Salehah

Setiap keindahan perhiasan dunia
Hanya isteri salehah perhiasan terindah

Setiap keindahan yang tampak oleh mata
Itulah perhiasan, perhiasan dunia

Namun yang paling indah di antara semua
Hanya isteri salehah, isteri yang salehah

Setiap keindahan perhiasan dunia
Hanya isteri salehah perhiasan terindah

Hanya isteri yang beriman
Bisa dijadikan teman
Dalam tiap kesusahan
Selalu jadi hiburan

Hanya isteri yang salehah
Yang punya cinta sejati
Yang akan tetap setia
Dari hidup sampai mati
Bahkan sampai hidup lagi

Drakula Haus Darah

Siapa bilang Indonesia bebas pungli?

Beberapa hari lalu saya bermaksud mengurus Surat Domisili Usaha di satu kota. Saya sudah berniat untuk mengikuti prosedur pengurusan surat ini dengan benar, sekaligus ingin membuktikan apakah di jaman ini birokrasi pemerintah masih 'haus darah' . Terus terang, sudah tertanam di kepala saya sejak dulu bahwa birokrasi pemerintah --baik itu tingkat kampung maupun kota besar-- adalah 'birokrasi drakula'. Birokrasi yang haus uang pelicin, uang rokok, alias uang administrasi fiktif.

Dulu, jangan harap kita bisa membuat ktp tanpa mengeluarkan uang ekstra untuk menyumpal birokrasi pemerintah terkecil ini. Padahal membuat ktp itu adalah wujud kesadaran kita supaya pemerintah/pemda mudah mendata setiap warga untuk kepentingan yang lebih besar lagi (statistik nasional, dsb). Kebiasaan itulah yang membuat orang enggan berlama-lama masuk dalam 'birokrasi drakula' itu untuk mengurus surat-suratnya sendiri; Sudah capek masih harus mengeluarkan uang ekstra. Akhirnya banyak yang 'menitipkannya' pada jasa pengurusan surat-surat ini (calo). Sama-sama mengeluarkan uang, tapi tidak capek.

Paradigma itu berlangsung terus menerus dan turun temurun sampai akhirnya menjadi 'hal biasa' dalam sebuah birokrasi pemerintah. Mala jangan heran kalau pada birokrasi yang lebih besar, "uang administrasi" jumlahnya menjadi jutaan bahkan milyaran!

Kembali ke cerita saya. Sejak dari pengurus RT saat mengajukan surat pengantar pembuatan surat domisili usaha, Sang RT sempat menawarkan kepada saya untuk 'membantu' mengurus surat itu dengan menyebut angka tertentu. Dengan halus saya menolaknya. Berlanjut ke pengurus RW, di sini lebih santun, begitu selesai memberi stempel, Sang RW langsung membaca koran. Saya beruntung, setelah berterima kasih saya langsung pamit menuju kelurahan.

Di tempat yang pegawainya berseragam coklat inilah aura drakula mulai terasa. Dari pintu masuk saya melihat sekumpulan pegawai sedang ngobrol asyik dan heboh. Beberapa orang terlihat duduk di meja yang bersih tanpa satu dokumenpun di atasnya. Jadi tak enak kehadiran saya terrasa mengganggu. Tapi saya cuek, toh ini kantor layanan masyarakat. Bla, bla, bla, akhirnya saya masuk ke ruangan Sekretaris Kelurahan. Jujur saya tidak tahu, apakah untuk mengurus Surat Domisili Usaha harus duduk di ruang SekLur? Tapi sekali lagi, saya cuek aja, mungkin memang bagian dia.

Bla, bla, bla. Syarat-syarat pengajuan Surat Domisili Usaha saya sudah lengkap. Akhirnya saat yang saya nantikan tiba...

"Ini selesainya 3 hari Mas, administrasinya 'sekian',"

"Kok besar sekali Pak?"

"Memang segitu Mas, kemarin malah ada yang lebih besar. Oh, iya, nanti kalau di Kecamatan bilang aja dari saya biar ngasih kesananya gak banyak, paling 'sekian'...," lanjutnya berharap menjadi pahlawan di mata saya. Saya manggut-manggut mirip lele mendengar celotehnya sekaligus kaget dengan angka yang mesti saya keluarkan lagi nanti di kecamatan.

Akhirnya saya permisi keluar dengan alasan mengambil sejumlah uang dulu karena uang saya tidak cukup. Sang Seklur menahan saya, menawarkan apakah mau dibantu mengurus surat itu. Saya menggeleng. Saya membayangkan angka yang lebih fantastis lagi jika surat ini dibantu pengurusannya.

Bukan soal pelit atau apa, tapi surat yang ingin saya buat ini kan untuk kepentingan negara juga (untuk menggaji dia juga secara tidak langsung). Surat Domisili Usaha ini untuk syarat membuat NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) supaya ke depan saya bisa bayar pajak untuk membangun negera ini. Sekalipun pajaknya --mungkin-- tidak milyaran tapi itu bentuk kesadaran saya untuk membangun negara ini; Untuk membangun negara di mana drakula-drakula itu hidup dengan keluarganya.

Tidak salah jika paradigma saya tentang birokrasi pemerintah di negeri ini tidak belum berubah.

Tapi Kau Bisu

Seringkali ketika seseorang dengan penuh cinta tertinggal di padang yang sepi dan sendiri, tubuh dan ruhnya tak lagi menyatu. Buliran kerikil terinjak kaki dekil tak lagi memberi kepedihan pada kulit kaki telanjang sekeras martil. Tapi setitik debu yang berkelebat di kedipan mata sanggup robohkan karang rapuh tak terisi di bagian dalamnya. Miris.

Demikian aku.

Panas, hujan, dingin, kering seperti satu keadaan yang tak ada bedanya buatku; semua tampak sama. Hiruk pikuk keadaan sekeliling hanya ingatkanku pada keadaan bahwa aku masih hidup dan merajai bumi. Tak pernah lebih. Sedangkan kalbuku seperti seuntai bulu lembut yang bergerak tak tentu arah dikibas angin terlembut; Demikian ringan dan rapuh.

Ketiadaanmu sudah hancurkan pikiranku dengan rapi. Kamu sadari bahwa tak perlu membuatku penuh darah untuk matikanku.  Tak perlu trisula tajam untuk mencabik hingga badanku terburai. Engkau telah piawai mencambuk seluruh harapan dan mimpiku kemudian menghelanya menuju tepian jurang tanpa dasar.  Inikah yang kau sebut cinta dan kau yakini tak bisa hilang itu? Alangkah ironisnya...

Meski hanya pikiranku yang bercerita dan pikirkanmu, tapi aku sungguh nikmati itu. Setiap dawai angin yang rasuki hidungku dengan wewangian merah jambu buai aku pada harum tubuhmu. Setiap bebunyian yang menombak telingaku bawa aku pada merdu suaramu saat berkidung untukku...di masa lalu.

Kenapa kau sisakan perih saat laju cinta ingin kita raih ujungnya? Kenapa kau sisakan sendiri saat jiwa kita telah berbagi?

Aku pahami, kau punya rasa pada apa yang aku rasa; tentang ngilu ini. Tapi kau bisu.

Friday, May 1, 2009

Kla Project - Bantu Aku

Biarku utarakan saja
Segenap rasa mengendap di dada
Lewati desah nada lagu
walau sumbang terasa sendu
siratkan seribu makna
bagimu dambaan jiwa

Masih tetap terjaga s'lalu
sebentuk cinta kasihku buatmu
Sejak kau tanamkan harapan
kusambut dan membuka tangan
tega kau buyarkan impian

Bantu aku lari dari bayangmu
hasrat melupakanmu
usah lagi senyum sapamu mengganggu
Engkau bukan untukku

Terlanjur aku terjatuh
mencoba bangkit dan berjalan lagi