Friday, June 26, 2009

Kerispatih - Demi Cinta

Maaf, ku telah menyakitimu
Ku telah kecewakanmu
Bahkan ku sia-siakan hidupku,
dan kubawa kau s'perti diriku
Walau hati ini t'rus menangis
Menahan kesakitan ini
Tapi ku lakukan semua demi cinta

Akhirnya juga harus ku relakan
kehilangan cinta sejatiku
Segalanya t'lah ku berikan
Juga semua kekuranganku
Jika memang ini yang terbaik
Untuk diriku dan dirinya
Kan ku t'rima semua demi cinta

Jujur, aku tak kuasa,
saat terakhir ku genggam tanganmu
Namun yang pasti terjadi,
kita mungkin tak bersama lagi
Bila nanti esok hari
Ku temukan dirimu bahagia
Ijinkan aku titipkan kisah cinta kita
selamanya

Ebiet G. Ade - Apakah Ada Bedanya

Apakah ada bedanya hanya diam menunggu
dengan memburu bayang-bayang?
Sama-sama kosong

Kucoba tuang ke dalam kanvas
dengan garis dan warna-warni yang aku rindui
Apakah ada bedanya bila mata terpejam?

Fikiran jauh mengembara, menembus batas langit
Cintamu telah membakar jiwaku
Harum aroma tubuhmu menyumbat kepala dan fikiranku

Di bumi yang berputar pasti ada gejolak
Ikuti saja iramanya, isi dengan rasa
Di menara langit halilintar bersabung
Aku merasa tak terlindung, terbakar kegetiran
Cinta yang kuberi sepenuh hatiku
Entah yang kuterima aku tak peduli,
aku tak peduli, aku tak peduli

Apakah ada bedanya ketika kita bertemu
dengan saat kita berpisah?
Sama-sama nikmat

Tinggal bagaimana kita menghayati
di belahan jiwa yang mana kita sembunyikan
dada yang terluka
duka yang tersayat
rasa yang terluka

-------

Apakah ada bedanya? ...Dan hanya kau dan aku yang mengerti...

Wednesday, June 24, 2009

Imajinasi, Fantasi dan Tokay Kambing

Imajinasi dan fantasi seperti menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Kadang-kadang keduanya munculkan persepsi yang bias di kepalaku. Jangan tanya tentang apa, karena semua bisa saja berseliweran di kepalaku. Tak peduli soal ipoleksosbudhankam (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan --> Hai, kok jadi inget jaman jebot ya...) maupun soal printilan cinta.

Aku mencoba jadikan kepalaku sebagai padang rumput dimana imajinasi menyulap dirinya menjadi sekumpulan kambing yang bebas merumput dibawah rindangnya pohon-pohon fantasi. Yang membuatku senewen adalah saat kambing imajinasi itu kekenyangan merumput. Sontak mak blak babak bunyak tokay markengkong bulet-bulet segentong mengotori ranah penggembalaan hijau di kepalaku. Sekalipun adem dan sejuk sepoi-sepoi, tetap saja butiran tokay kambing mengganggu kesempurnaan 'dunia kepalaku'.

Akhirnya persepsi keindahan antara kebun dengan rumput tinggi subur, sekumpulan kambing montok dan rindangnya pohon yang menaungi, berubah menjadi sebuah toilet kecil yang menjijikkan. Bukan salah tokaynya! Tokay adalah edisi akhir dari proses metabolisme tubuh. Jadi dia adalah "akibat" alias obyek penderita. Kalau soal bau dan bentuknya yang aneh, itu memang haknya si tokay kambing.

Membebaskan imajinasi dan fantasi memang tidak mudah. Ada batasan absurd yang dibangun oleh manusia yang merasa dirinya 'super' hingga kesampingkan tulusnya imajinasi dan fantasi. Bisa dibayangkan sekerdil apa manusia itu! Dia hanya melihat sesuatu dari sisi yang salah, melihat sesuatu dari sisi dimana dia berdiri, melihat dari sisi dimana kebenaran (yang juga absurd) itu dia yakini. Malangnya...

Jadi tetap saja tokay yang disalahkan! Karena dia pembawa aroma neraka, dia pembawa comberan petaka. Hingga imajinasi dan fantasi menunggu mati suatu hari nanti.

Sepatuku

Pfff! Aku masih rasakan lelah kakiku malam ini usai menyusuri malam sendirian. Aku biarkan sepatu dan kaus kakiku berserakan dilantai. Enggan rasanya membuang waktu memindahkan barang-barang itu ke tempat yang lebih layak. Aku ingin menikmati segar dan bebasnya telapak kakiku dari sepatu yang telah lama melingkupi kakiku.

Layaknya hari-heri sebelumnya, beban masih saja bertengger di kedua pundakku. Beban yang kadang lebih berat dari yang aku mampu dan kadang serasa hilang entah kemana. Bukankah hidup tidak wajar jika tak ada beban yang harus dipikul? Karenanya aku menerima beban itu sebagaimana harus aku emban.

Beban itulah yang membuat tubuhku makin berat dan memaksa kedua kakiku menopang sarat yang tiada kira. Ujung-ujungnya, sepatuku seperti penjara yang meremas kebebasan kakiku. Tapi karena alasan etika dan keindahan, aku harus menahan sekian lama sesaknya ia mencengkeram kakiku.

Aku harus bebaskan kakiku. Aku harus bebaskan sepatuku.

Walaupun bau!

Saturday, June 20, 2009

Ruth Sahanaya - Ingin Kumiliki

Mungkin ku miliki
Seluruh cintamu
Kusadari semua itu
Anganku

Ku ingin katakan
Hanyalah dirimu
Yang melukis
Warna mimpi hatiku

Ingin ku miliki
Dengan sepenuh hati
Walau ku harus setengah terluka
Mengharap cintamu


Ingin ku sayangi
Tanpa terbagi lagi
Apakah mungkin
Menjalin kasih
Bila aku tak tahu
Bagaimana kau mencintai diri ku

Ku ingin katakan
Hanyalah dirimu
Yang melukis
Warna mimpi hatiku

Friday, June 19, 2009

Kancut Putih

Lebih dari tiga puluh lima tahun aku tidak pernah memakai kancut (celana dalam) warna putih. Samar-samar aku ingat terakhir kali memakai kancut putih...mmm...saat umur 4 sampai 5 tahun! Itu juga karena aku selalu dibeli'in orang tuaku. Artinya, waktu itu aku tidak bisa memilih warna apa. Jadi pertimbangan fungsional lebih diutamakan (Huh, sok banget, masih kecil udah mikir fungsional apa gak hahaha...).

Walaupun saat itu merek kancut hanya itu-itu aja, tapi rasanya jadi anak paling keren dengan kancut putih itu. Tak heran, setiap punya kancut putih baru aku selalu 'pamer' dengan berlagak menjadi Tarzan: Berdiri di atas meja memakai kancut putih baru bertelanjang dada...auuuoooooo....

Saat itu tak semua anak seberuntung aku bisa memakai kancut. Banyak teman-temanku yang sekolah tanpa kancut. Bisa dibayangkan bagaimana keadaan saat naluri bocah laki-laki centil bereaksi...hiiiii... Stop, stop, stop, berhenti membayangkannya. Sudah pasti lucu dan memalukan jika ingat masa itu. Tapi begitulah adanya...

Sampai akhirnya aku bisa mengerti bagaimana kancut putih tak berumur lama. Paling lama, sekitar 1 bulan warnanya berubah jadi putih kecoklatan. Bukan karena kulit hitamku yang luntur, tapi memang itu resiko kain warna terang yang menempel pada kulit bocah kampung yang 'pecicilan'. Aku jadi agak risih jika melihat kancut putih kebanggaanku berubah warnanya menjadi kecoklatan, apalagi jika harus memakainya.

Rupanya orang tuaku memahaminya. Beliau dengan bijak membelikan kancut berwarna gelap untuk mengganti kancut putih itu. Ini demi kelangsungan proses ekonomi alias penghematan.

Singkat cerita, beberapa waktu lalu aku membeli kancut putih. Ini menoreh sejarahku puluhan tahun yang anti kancut putih. Sebelum kupakai, aku berjanji pada diri sendiri bahwa kancut putih ini harus 'berumur' lebih panjang. Bolehlah warnanya sedikit berubah suatu hari nanti, tapi aku lebih melihat pada fungsi kancut itu.

Bukankah seharusnya ketika berfikir fungsional kita menjadi rasional? Seperti rakyat memilih pemimpin, seperti pemimpin memilih abdinya, seperti abdi menentukan langkahnya? Tidak peduli dia 'berwarna' apa, selama itu berfungsi sebagaimana mestinya pasti banyak manfaatnya. Seperti kancut putih yang kupakai ini...

Thursday, June 18, 2009

Percy Sledge - When A Man Loves A Woman

When a man loves a woman, he can't keep his mind on nothing else
He'll trade the world for the good thing he's found
If she is bad, he can't see it, she can do no wrong
Turn his back on his best friend if he put her down

When a man loves a woman, spend his very last dime
Tryin' to hold on to what he needs
He'd give up all his comforts, sleep out in the rain
If she said that's the way it ought to be

Well, this man loves a woman
I gave you everything I had
Tryin' to hold on to your precious love
Baby, please don't treat me bad

When a man loves a woman, down deep in his soul
She can bring him such misery
If she played him for a fool, he's the last one to know
Lovin' eyes can't ever see

When a man loves a woman, he can do her no wrong
He can never own some other girl
Yes, when a man loves a woman I know exactly how he feels
'Cause baby, baby, baby, you're my world

When a man loves a woman I know exactly how he feels

----

Lagu ini kemudian makin populer setelah dibawakan oleh Michael Bolton

Juni Abu-Abu

Seharusnya ribuan cerita berputar di Juni ini. Tapi pikiran blingsatan yang menggila menggilasku. Berakhir seperti jejak roda pada ceceran lumpur yang memanjang dan dalam.

Aku hanya berlalu. Tak kuasa memburu.