Tuesday, February 22, 2011

Bertemu Kawan Lalu

Hari ini aku bertemu beberapa sahabat lamaku yang lama tak kujumpa. Yang kusuka adalah kehangatan mereka yang tak pernah layu. Serasa tetap menjadi bagian dari sebuah pelukan kekerabatan sekalipun waktu selalu pisahkanku.

Friday, February 18, 2011

Lyla - Rasa Biru

pernah ku coba tuk melupakanmu
bayangan tentang khilaf atas masa laluku
pernah ku coba tuk menemuimu
ternyata kau tak datang berharap lebih aku menunggu

haaaa aaaa menyakitkan
haaaa aaaa menyesatkan

separuh nafasku seiring hujan dan kau pun pergi
pergi untuk selamanya tak ku dapat isyarat maafmu
separuh nafasku seiring hujan dan kau pun pergi
pergi untuk selamanya tak ku dapat maaf darimu

rasa biru selimuti hatiku, rasa biru tetapkah di situ
rasa biru selimuti hatiku, rasa biru tetapkah di situ
rasa biru selimuti hatiku

 

Teman Yang Aneh

Aku mengenalnya lebih dari 5 tahun yang lalu. Hubunganku dengan dia dekat. Satu keanehan yang dia miliki adalah dia tidak pernah memberiku nomor HP-nya, sekalipun aku minta. Bahkan dulu, untuk tahu tanggal lahirnya pun aku harus berusaha sendiri (kayak artis aja deh!). Sekalipun akhirnya berhasil menemukan tanggal lahirnya, tetapi sampai hari ini aku tidak tahu nomor hp-nya. Sungguh seorang teman yang aneh...

*mungkin takut aku sms/telp mau pinjem uang hihihihi...

Friday, February 4, 2011

Kisah Pria Paruh Baya

Hujan deras tadi pagi mempertemukanku dengan seorang pria paruh baya di sebuah warung kopi. Perawakannya tidak terlalu tinggi, tapi terlihat gurat ketegasan di wajah dan telapak tangannya.

Setelah saling menanyakan hal-hal kecil yang tidak begitu penting (kerja dimana, sudah berkeluarga atau belum, rumah dimana, dsb) tanpa sadar alur pembicaraan mengarah ke cerita tentang hidupnya.

Sebuah kecelakaan menimpanya sepulang 'nyekar' keluarganya di salah satu kota di Jawa Tengah. Bus yang ditumpanginya menghantam sebuah truk yang parkir di kanan jalan di shubuh naas itu. Sopir dan 3 penumpang di bagian depan tewas mengenaskan. Sementara Pria paruh baya itu terjepit di bagian bawah tubuhnya. Tulang kaki kananya remuk, bahkan telapak kakinya tertinggal di dalam bus saat evakuasi.

Dengan sedih dia bercerita, bagaimana dia tidak merasakan sakit apapun karena --menurut istrinya-- dia koma selama 1 bulan lebih. Saat sadar kaki kanannya sudah diamputasi hingga di atas lutut.

Cerita yang membuatku iba di pagi hujan itu. Perasaan itu makin mendalam tak kala dia bercerita bagaimana beberapa kerabat yang membantunya justru menikamnya dari belakang. Dana asuransi yang dia terima ludes dikelola saudaranya. Bahkan sisa pengobatan di rumah sakit hampir 40jt tidak terbayarkan. Malangnya... Padahal nilai asuransi yang diterimanya hampir 2 kali lipat dari biaya rumah sakit itu.

Dibalik penyesalan atas sikap saudaranya itu, lelaki paruh baya di depanku tetap semangat melanjutkan hidupnya menafkahi istri dan dua anaknya yang masih kecil. Dan juga membayar cicilan kaki palsu yang dipakainya (Aku sempat melihat kaki kanan palsunya yang masih berwujud besi. Hanya bagian telapak kaki yang terbuat dari kayu dan sudah dilapisi karet. Jika sudah lunas, semuanya akan dilapisi karet hingga menyerupai kaki kirinya yang masih normal. Kurang enam juta lagi, katanya).

Pekerjaan apapun dilakukannya, membangun rumah, memasang ubin dan sebagainya. Sedikitpun tak ada bahasa tubuh atau tutur katanya yang berharap pada belas kasih dari orang lain.

Cerita berakhir ketika hujan mulai reda. Sedikit tertatih dia berjalan meninggalkan aku.

Semoga engkau dan keluargamu diberi kekuatan dan rezeki berlimpah, Pak. Amin.