Friday, February 4, 2011

Kisah Pria Paruh Baya

Hujan deras tadi pagi mempertemukanku dengan seorang pria paruh baya di sebuah warung kopi. Perawakannya tidak terlalu tinggi, tapi terlihat gurat ketegasan di wajah dan telapak tangannya.

Setelah saling menanyakan hal-hal kecil yang tidak begitu penting (kerja dimana, sudah berkeluarga atau belum, rumah dimana, dsb) tanpa sadar alur pembicaraan mengarah ke cerita tentang hidupnya.

Sebuah kecelakaan menimpanya sepulang 'nyekar' keluarganya di salah satu kota di Jawa Tengah. Bus yang ditumpanginya menghantam sebuah truk yang parkir di kanan jalan di shubuh naas itu. Sopir dan 3 penumpang di bagian depan tewas mengenaskan. Sementara Pria paruh baya itu terjepit di bagian bawah tubuhnya. Tulang kaki kananya remuk, bahkan telapak kakinya tertinggal di dalam bus saat evakuasi.

Dengan sedih dia bercerita, bagaimana dia tidak merasakan sakit apapun karena --menurut istrinya-- dia koma selama 1 bulan lebih. Saat sadar kaki kanannya sudah diamputasi hingga di atas lutut.

Cerita yang membuatku iba di pagi hujan itu. Perasaan itu makin mendalam tak kala dia bercerita bagaimana beberapa kerabat yang membantunya justru menikamnya dari belakang. Dana asuransi yang dia terima ludes dikelola saudaranya. Bahkan sisa pengobatan di rumah sakit hampir 40jt tidak terbayarkan. Malangnya... Padahal nilai asuransi yang diterimanya hampir 2 kali lipat dari biaya rumah sakit itu.

Dibalik penyesalan atas sikap saudaranya itu, lelaki paruh baya di depanku tetap semangat melanjutkan hidupnya menafkahi istri dan dua anaknya yang masih kecil. Dan juga membayar cicilan kaki palsu yang dipakainya (Aku sempat melihat kaki kanan palsunya yang masih berwujud besi. Hanya bagian telapak kaki yang terbuat dari kayu dan sudah dilapisi karet. Jika sudah lunas, semuanya akan dilapisi karet hingga menyerupai kaki kirinya yang masih normal. Kurang enam juta lagi, katanya).

Pekerjaan apapun dilakukannya, membangun rumah, memasang ubin dan sebagainya. Sedikitpun tak ada bahasa tubuh atau tutur katanya yang berharap pada belas kasih dari orang lain.

Cerita berakhir ketika hujan mulai reda. Sedikit tertatih dia berjalan meninggalkan aku.

Semoga engkau dan keluargamu diberi kekuatan dan rezeki berlimpah, Pak. Amin.

1 comment: