Wednesday, September 24, 2008

Tegar

Ia masih termangu melihat ujung gang, menunggu emaknya pulang membawa sekantung beras seperti kata emaknya tadi pagi.

"Gar, nanti emak nggak kerja, Emak mau antri beras di kampung sebelah. Jadi kamu di rumah aja nunggu Emak pulang."

"Ya, Mak," katanya sambil menyuapkan nasi terakhir dari piringnya.

Beberapa hari ini Ia rasakan Emak memang sering pergi. Kadang-kadang saat pagi masih gelap, emak sudah pergi entah kemana dan baru pulang menjelang mahgrib.

Yang paling disukainya adalah saat emaknya pulang membawa sekantung beras. Biasanya dari ujung gang itu, Emak teriak-teriak memanggilnya untuk membantu membawakan beras ke dalam rumah. Dengan lincah Ia langsung menyambut emaknya di ujung gang, melewati genangan air di sepanjang gang dengan lompatan kecil seperti kucing.

Rencananya jika sudah terkumpul banyak, Emak akan menjual sebagian beras itu dan uangnya akan digunakan untuk membelikannya baju lebaran. Tidak ada kegembiaraan lain selain membayangkan mempunyai baju bergambar robot seperti teman-temannya. Tidak melulu memakai baju orang dewasa seperti sekarang. Apalagi ia sering bertukar baju dengan emaknya. Malu kalo orang suka mengolok-oloknya.

"Gar, bajumu kembaran sama Emakmu ya?" Ledek Pok Romlah, pedagang gorengan yang suka mangkal di pos siskamling tak jauh dari rumahnya.

"Gar, kok bajumu kegedean?" Tanya Udin polos. Udin adalah satu-satunya teman di RT ini yang sering main dengannya karena sama-sama belum sekolah.

Bocah 4 tahun itu masih memandangi ujung gang sambil sesekali tersenyum membayangkan senangnya mempunyai baju baru untuk lebaran nanti. Sampai beberapa saat kemudian beberapa tetangganya berlarian menuju rumahnya. Tanpa permisi masuk ke dalam rumahnya, membersihkan tumpukan kardus, menyapu lantai tanah dan menggelar tikar yang tadinya terlipat di pojok ruangan. Tiba-tiba seorang tetangganya menggendongnya, menariknya duduk bersila di dalam rumah.

Tak lama kemudian terlihat beberapa orang membopong emaknya yang terkulai tak berdaya ke dalam rumah dan menyelimutinya dengan kain batik hingga menutupi wajahnya. Samar-samar ia mendengar orang-orang di sekitarnya bergumam. Ia tidak tahu apa yang dibicarakan, tapi ia mendegar beberapa kata; "antri zakat", "rebutan", "terinjak-injak".

No comments:

Post a Comment