Tuesday, September 8, 2009

Sembilu

Ada yang tidak mungkin aku tinggalkan begitu saja di setiap jejak nafas yang engkau sisakan. Sepertinya keadaanmu saat ini telah menjadikanku pelakon monolog yang layak diolok-olok oleh kerinduan yang menohok. Kerinduan lagi? Sejatinya sesat apa yang aku lakukan hingga kerinduan yang semestinya indah malah mengiris dan berdarah?

Mungkin pada sebagian orang rindu tak selalu sembilu.

Andai saja aku tak usil merangkai lagi remah-remah kenangan yang bertebaran di kiri kananku mungkin tak kualami sembilu ini.  Sudah cukup perih tertanam dalam hidupku saat keindahan kau renggut dan kau kibaskan pada dingin hatimu; meninggalkanku tanpa ampun, bahkan tak pada seulas katapun!

Atas simbilu itu, kenapa begitu susah menguburmu di jejak masa laluku?

 

--- Seorang sahabat membukakanku jalan menjauhi sembilu yang kau tinggalkan. Dia yang menopangku saat tertatih, dia yang menyediakan lengan untukku yang terseok melalui sekumpulan kitab-kitab indah dan mulia. Katanya: Karena sembilu telah mengiris hatimu, maka hatimu yang harus engkau obati, bukan pada pikiran dan emosimu. Duhai, sahabat yang menenangkanku...

No comments:

Post a Comment