Friday, June 19, 2009

Kancut Putih

Lebih dari tiga puluh lima tahun aku tidak pernah memakai kancut (celana dalam) warna putih. Samar-samar aku ingat terakhir kali memakai kancut putih...mmm...saat umur 4 sampai 5 tahun! Itu juga karena aku selalu dibeli'in orang tuaku. Artinya, waktu itu aku tidak bisa memilih warna apa. Jadi pertimbangan fungsional lebih diutamakan (Huh, sok banget, masih kecil udah mikir fungsional apa gak hahaha...).

Walaupun saat itu merek kancut hanya itu-itu aja, tapi rasanya jadi anak paling keren dengan kancut putih itu. Tak heran, setiap punya kancut putih baru aku selalu 'pamer' dengan berlagak menjadi Tarzan: Berdiri di atas meja memakai kancut putih baru bertelanjang dada...auuuoooooo....

Saat itu tak semua anak seberuntung aku bisa memakai kancut. Banyak teman-temanku yang sekolah tanpa kancut. Bisa dibayangkan bagaimana keadaan saat naluri bocah laki-laki centil bereaksi...hiiiii... Stop, stop, stop, berhenti membayangkannya. Sudah pasti lucu dan memalukan jika ingat masa itu. Tapi begitulah adanya...

Sampai akhirnya aku bisa mengerti bagaimana kancut putih tak berumur lama. Paling lama, sekitar 1 bulan warnanya berubah jadi putih kecoklatan. Bukan karena kulit hitamku yang luntur, tapi memang itu resiko kain warna terang yang menempel pada kulit bocah kampung yang 'pecicilan'. Aku jadi agak risih jika melihat kancut putih kebanggaanku berubah warnanya menjadi kecoklatan, apalagi jika harus memakainya.

Rupanya orang tuaku memahaminya. Beliau dengan bijak membelikan kancut berwarna gelap untuk mengganti kancut putih itu. Ini demi kelangsungan proses ekonomi alias penghematan.

Singkat cerita, beberapa waktu lalu aku membeli kancut putih. Ini menoreh sejarahku puluhan tahun yang anti kancut putih. Sebelum kupakai, aku berjanji pada diri sendiri bahwa kancut putih ini harus 'berumur' lebih panjang. Bolehlah warnanya sedikit berubah suatu hari nanti, tapi aku lebih melihat pada fungsi kancut itu.

Bukankah seharusnya ketika berfikir fungsional kita menjadi rasional? Seperti rakyat memilih pemimpin, seperti pemimpin memilih abdinya, seperti abdi menentukan langkahnya? Tidak peduli dia 'berwarna' apa, selama itu berfungsi sebagaimana mestinya pasti banyak manfaatnya. Seperti kancut putih yang kupakai ini...

5 comments:

  1. mantaap banget, sangat kena :)

    ikut kontes yuk, hadiah 25 juta :)

    Thanks.
    Kontes? Yuk! :p

    ReplyDelete
  2. Hehehe....
    Seru mas... Lucu tapi dalem banget maknanya...
    Keren, keren...

    Tapi secara diriku perempuan, susah juga mau komentar soal kancut, putih atau pun warna lain. Soalnya kan kancut kita laen... (ya iyalah laen, masa kancutnya barengan sama mas aldie... hehehe)

    ReplyDelete
  3. o iya, soal yg pemimpin itu.. diriku idem banget. SATUJU PISAN!!!

    Ngga peduli dari mana, warna apa dia berasal, asalkan orangnya amanah, jujur dan pekerja keras... niscaya akan membawa kemakmuran bagi negeri... Weits.. bahasa gue.. hehehe

    ReplyDelete
  4. nice................................... ^_^v


    http://pokemon-f.blogspot.com/

    :mrgreen: :neutral: :twisted: :shock: :smile: :???: :cool: :evil: :grin: :oops: :razz: :roll: :wink: :cry: :eek: :lol: :mad: :sad:


    :a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q: :r: :s: :t: :u: :v: :w: :x: :y: :z:

    ReplyDelete