Thursday, January 15, 2009

Monyet

Beberapa hari ini aku memikirkan tentang sebuah pertalian. Pertalian antara sekumpulan monyet yang dalam banyak waktu selalu dipertemukan pada pohon yang sama. Karakter yang berbeda-beda justru menjadikan satu pohon itu tempat yang sangat menyenangkan: akrab dan guyup. Bertahun-tahun pohon itu menjadi saksi datang dan perginya monyet-monyet di dahannya.

Dalam beberapa bulan ini monyet-monyet baru datang menempati dahan-dahan yang ditinggalkan oleh monyet-monyet tua. Rata-rata mereka berasal dari daerah lain yang ingin perpindah ke pohon besar dan berbuah lebat ini. Mungkin hanya di dunia nyata, pendatang baru menjadi minoritas dan tertindas secara mental. Secuilpun intimidasi tidak berlaku di dunia monyet.

Semua penghuni baru disambut dengan gembira. Bahkan tak segan langsung dilibatkan pada acara-acara menyenangkan seperti berburu kutu! Biasanya acara berburu kutu hanya melibatkan keluarga, paling banter hanya melibatkan monyet-monyet yang sudah tahunan menempati suatu pohon. Mungkin itu yang membuat sekumpulan monyet di pohon lain bertanya-tanya; Apakah monyet bangkotan tak lagi punya wibawa? Apakah monyet pendahulu begitu kekurangan teman? Atau jangan-jangan beberapa monyet tua di pohon itu tergiur pada seksualitas belaka, pikir mereka.

Sekumpulan monyet tua rupanya mengerti ada pikiran buruk melintasi para monyet di pohon-ponon sekelilingnya. Mereka itu menyadari bahwa sedikit demi sedikit para monyet di pohon sekelilingya perlahan meninggalkannya. Entah karena sakit hati disebabkan seribu alasan dan prasangka, atau memang enggan menemani monyet-monyet tua beranak pinak hingga ajal.

Pohon semakin tinggi, akarnya semakin kuat melesak ke dalam bumi. Buah dan dahan tumbuh seperti jalinan tangan yang saling menopang. Cinta dan kasih sayang tak pernah meninggalkan pohon yang dialiri ketulusan dan timbunan kasih sayang itu. Monyet-monyet itu selalu gembira, karena cinta telah kalahkan ego dan prasangka yang tak berguna. Pertalian yang sungguh indah. Pertalian monyet, monyet, monyet dan pohon...

8 comments:

  1. waduh.. smua saling berkaitan, hidup rukun.. andai kita bsa saling menjaga..

    Betul Bro. Kita harus hidup rukun dan saling menjaga, seperti monyet-monyet di pohon itu... :)

    ReplyDelete
  2. haha... jadilah monyet yang menghuni banyak pohon al.....

    Hanoman dongg....

    ReplyDelete
  3. jadi kita harus jadi monyet kah?

    Nggak usah, sudah sedikit pohon di jakarta...hahaha... thanks.

    ReplyDelete
  4. rukun... yes.
    jadi monyet? oh no... thank you but no, thanks! :D

    d.~

    Jangan jadi monyet, tinggal sedikit pohon di Jakarta. Paling mentok-2nya terkurung di Ragunan hehehe. Salam.

    ReplyDelete
  5. Belajar tak ada habisnya, termasuk belajar dari alam dan dunia binatang...

    Hehehe...Penyuuuuu....

    ReplyDelete
  6. ayaaahh... kok lage demen merhatiin monyet siy...??

    Iya nih. Tiba-tiba terinspirasi ama monyet...

    ReplyDelete
  7. * aldie: Jangan jadi monyet, tinggal sedikit pohon di Jakarta. Paling mentok-2nya terkurung di Ragunan hehehe. Salam.

    * 'dee: ehm... dan untunglah... aku memang tidak tinggal di jakarta... alasan mendasarnya dulu memang: terlalu sedikit pohon di jakarta, aku bisa resah tiap hari kalau tinggal di tempat yang tidak manusiawi ( atau tidak 'monyetawi' istilah yg benar? hihihi... ) dengan hanya sedikit pohon begitu :-D

    dan... cita2ku dulu kan... setinggi bintang di langit: aku selalu bermimpi kalau sudah menikah dan punya rumah, aku ingin punya pohon rambutan di halaman rumah -- dari kecil, sampai hari ini, aku selalu takjub dan mengganggap rambutan berwarna merah yang memenuhi pohon saat musim berbuah adalah salah satu keajaiban dan keindahan yg luar biasa ... ;-) -- dan realistically, aku gak bisa punya rumah di Menteng, karena ngga cukup budgetnya... hihihihi, jadi... ya... sudah, rumahku ngga di Jakarta deh... ;-)

    pusing kan, apa hubungannya sih semua ocehan di atas?
    lho, emang siapa juga yang bilang bahwa statement2 itu saling berhubungan, emang semua ngga ada hubungannya koq.. he he ... tapi bukan juga berarti tidak benar, he he -- eh ya... btw, monyet senang rambutan ngga? ha ha ha ! salam !


    d.~

    Monyet suka rambutan gak ya? Yang merasa monyet mungkin bisa jawab... hehehehe

    ReplyDelete
  8. [...] Kuti teringat percakapan ringan mereka dengan seorang kawan, Aldie, tentang monyet dan cita-cita Dee. Bukan cita-cita tentang jadi monyet, tentu saja, tapi obrolan itu meluas [...]

    Obrolan yang menarik...

    ReplyDelete