Thursday, January 1, 2009

Dikei Ati Ngrogoh Rempelo

Diberi hati minta jantung. Ungkapan ini sepertinya cocok untuk menuliskan kondisi ketamakan seseorang yang tidak ada batasnya. Dalam lingkup sosial keadaan Dikei ati ngrogoh rempelo sering terjadi. Dimana seseorang merasa batasan-batasan pribadi, kesopanan, kehormatan, kepercayaan atau etika dilanggar orang lain dengan alasan kedekatan. Ini yang menyulitkan: Kedekatan! Dikei ati ngrogoh rempelo tak melulu soal materi.

Dalam hubungan sosial seperti pertemanan, "dekat" itu relatif. Perasaan dekat itu tolok ukurnya dari hati. Karena dari sanalah kontrol untuk memahami batasan-batasan tadi otomatis terwujud. Tidak perlu ilmu tinggi untuk pahami itu. Buktinya, dalam falsafah Jawa kuno yang notabene tingkat ilmu akademiknya biasa-biasa saja, ungkapan itu sudah dikenal untuk memberi ajaran moral bermasyarakat.

Di jaman modern majemuk multikultural ini pun sebenarnya ungkapan itu tetap berlaku. Hanya mungkin tidak lagi terungkap secara nyata dan gamblang untuk men-judge proses hubungan sosial yang negatif. Kalau saja ada waktu, cobalah diingat berapa kali kita merasa dilanggar batasan-batasan pribadi, kesopanan, kehormatan, kepercayaan atau etika justru oleh orang yang kita anggap sebagai sahabat.

3 comments:

  1. Met Tahun Baru ya... :)

    Sama-sama, met tahun baru juga...

    ReplyDelete
  2. hahhaa.. tetep di kasih "pagar" aaayaaaahhh... deket bukan berarti segalanya.. dan bukan berarti harus kehilangan "kenyamanan" bagi diri kita sendiri...
    ayah, met taun baru yaa... ma acih terompet nyaa...

    Sama-sama, met taon baru jugaaa....

    ReplyDelete
  3. ehmm..

    yah, memang kalo merasa belom cukup atw tak mensyukuri karuniaNya bakal muncul..

    Iya Om. Tak selalu dalam pemahaman vertikal. Pada hubungan sosial hal itu lebih kentara...

    ReplyDelete