Tuesday, November 4, 2008

Start The Day With A Cup of Coffee

Wanita kurus kulit putih mata sipit dengan kacamata minus sedang itu adalah kawan baruku. Orangnya simple, enerjik dan kadang-kadang unik. Setiap pagi dia ke kantor dengan backpack Converse hitam yang nangkring di punggungnya, seperti koala.

Buatku, orangnya agak nyentrik. Untuk ukuran wanita dia tidak peduli dengan dandanannya. Bukan kumal, bukan berantakan, dia tetap bersih. Hanya jauh lebih biasa daripada wanita pekerja di Jakarta ini. Bayangkan hampir tidak pernah aku melihatnya memoles bibirnya dengan lipstick, atau mendapati pipinya merona merah karena polesan gincu. Rambutnya juga tidak berkiblat pada rambut-rambut masa kini. Aku yakin, dalam sepuluh tahun berlalu rambutnya tidak berubah selain hanya panjang dan pendeknya saja. Uniknya...ya uniknya...dia tak ambil pusing dengan penampilannya. So what gitu lho, kata dia...

Start the day with a cup of coffee. Mm, kalimat itu selalu mengiringi nickname-nya di list Messenger-ku saat dia online. Artinya, beberapa centimeter dari tangannya --aku yakin-- segelas kopi panas sudah menanti direguknya. Kopi. Ah, bicara soal kopi ingatkanku pada kebiasaanku yang juga gila kopi. Sampai gejala batu ginjal aku dibuatnya.

Pagi ini, seperti biasa aku sibuk dengan pekerjaanku yang tak kunjung usai (kerjaan habis = kantor tutup). Rutinitas. Baju rapi, badan wangi dan sedikit berisik obrolan pagi kawan-kawanku satu kantor menjadi hal yang biasa buatku. Sepertinya tidak habis cerita sekalipun mereka bertemu setiap hari. Selalu ada bahan bicara.

Kopi dengan creamer tinggal setengah cangkir di hadapanku. Bolak-balik kulihat list Messenger di komputerku, mm...belum ada status yang aneh di dalamnya, selain keluhan-keluhan atas pagi yang cerah ini. Aku belum melihat wanita kurus kulit putih mata sipit dengan kacamata minus sedang itu online.

Sepuluh menit, tiga puluh menit, satu jam, dua jam, tak juga aku lihat status Messenger itu menyala. Aku bertanya dalam hati, apakah dia tidak kerja hari ini? Eitt, peduli apa aku, toh dia hanya teman. Aku juga sudah berkeluarga dengan istri dan anak-anakku yang lucu. Aku juga bukan boss-nya yang melotot jika dia lalai dengan pekerjaannya. Kebiasaan melihat status Messenger-nya-lah yang membuatku merasa itu bagian dari salah satu rutinitas harianku.

Akhirnya kuabaikan ketergantungan itu. Aku melanjutkan pekerjaanku mengolah, mengulik, mengukur, menilai bentuk, warna dengan rasa dan mata. Sesekali tangan kiriku menarik cangkir kopi di sisi kiriku dan menenggak isinya perlahan. Sampai tiba-tiba...

Ding! Aku melihat status Messenger nickname yang aku kenal online. Secepat kilat aku buka list Messengerku untuk memastikan wanita kurus kulit putih mata sipit dengan kacamata minus sedang itu sudah bertengger di mejanya.

"Start The Day With Tears". Hah? Aku terheran-heran, baru pertama kali aku melihat perubahan status Messenger-nya seperti itu. Ada apa dengannya? Apakah dia ditimpa musibah dalam perjalanan ke kantor? Sesiang ini? Atau dia berpisah dengan kekasihnya? Atau sesuatu terjadi pada keluarganya? Penasaran aku memberanikan diri menyapanya lewat Messenger itu...

"Pagi. Ada apa, kok tumben statusnya berubah? Ikut sedih ya..." Aku coba memberi simpati kepadanya.

"Pagi. Iya aku lagi sedih, tapi aku gak bisa cerita ke kamu Mas..."

"Oh ok, gak apa-apa. Semoga kamu kuat ya. Kesedihan itu bisa dilalui kok kalo kita kuat. Sabar ya friend," Aku coba menghiburnya. Sejujurnya aku penasaran atas kesedihannya. Biasanya dia banyak bercerita tentang apa saja kepadaku. Tapi pagi ini aku tidak mau memaksanya.

Tak berapa lama aku dipanggil Bossku. Sejarah mencatatnya! Aku tertawa dalam hati. Setelah lebih dari lima tahun bekerja di kantor ini, inilah pertama kalinya aku dipanggil boss-ku. Mungkin sudah waktunya aku mendapat promosi, hiburku.

"Tok, tok, pagi Pak," aku mengetuk pintu sambil melongok ke dalam ruangan bossku yang luas dan asri.

"Pagi Dul, silakan duduk. Apa khabar?"

"Baik Pak. Ada apa Pak?"

***

Aku duduk menatap kosong List Messenger di komputerku. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku bisa menghidupi keluargaku? Kemana lagi aku harus mencari kerja? Setelah lima tahun lebih bekerja aku di-PHK dengan alasan tidak produktif lagi? Pesangon yang aku terima juga tak seberapa besar untuk bertahan hidup selama beberapa bulan sambil mencari kerja baru. Bagaimana aku ceritakan ini pada keluargaku?

Lamat-lamat aku mendengar bisik-bisik bahwa posisiku akan digantikan wanita kurus kulit putih mata sipit dengan kacamata minus sedang itu!

11 comments:

  1. bersabar.. dan berusaha...
    plus tawakal :)

    ReplyDelete
  2. Ok thanks. Just a story in the morning...

    ReplyDelete
  3. hmmhh... idola yang menusuk? kekeke..
    semoga cepet dapet pengganti pekerjaan yang lebih baik lagi.

    ReplyDelete
  4. kehidupan mungkin ga pernah bisa tahu besok akan terjadi apa malah mungkin seperti yang kamu alami..dalam hitungan menit kehidupan kamu berubah..tapi semua itu pasti ada hikmahnya...so tegar dan bijaksana lah dalam menyikapinya...semua itu suatu anugrah yang harus kita terima dengan hati yang lapang..(loh kenapa anugrah bukannya bencana..) jangan salah kita selalu bilang kalo keterpurukan itu suatu bencana sebenarnya itu adalah anugrah..dalam arti yang luas berarti kita telah ditegur... apakah kita telah berbuat kekhilafan atau lupa pada Sang Khalik, semoga bisa menjadi pemicu di kemudian hari...berjuanglah terus demi keluargamu tercinta..do'a saya tuk keberhasilan yang tertunda.

    ReplyDelete
  5. #eha0575

    This is just a story not a history. Thanks for your support. God bless you.

    ReplyDelete
  6. Nice one mas...

    Cukup mengejutkan ceritanya...life is hard!!

    ReplyDelete
  7. wanita semok minus 2November 7, 2008 at 6:16 PM

    masa siy mas? ini true story atau infotainment? kalo iya aku bakalan start lunch with tears juga nihh... huhhuhu... apakah wanita itu zodiaknya sagitarius tapi yang versi langsing?

    ReplyDelete
  8. #wanita semok minus 2

    Ampun deh coy, niat banget sampai id-nya begitu huahaha. Mmm, wanitanya yang mana ya...lupa deh..

    ReplyDelete
  9. Sabar ya om!!
    orang sabar di sayang setan.

    ReplyDelete
  10. bagus bos cerpennya...
    ini bisa dibilang paradoks nggak ya?

    Thanks. Silakan dinilai sendiri Bos, bebas. Salam.

    ReplyDelete