Saturday, November 15, 2008

Biarkan "Kubunuh" Anakku...

Mahkamah Agung Italia mengabulkan permohonan seorang pria untuk mencabut selang makanan yang dihubungkan ke tubuh anak perempuannya yang terbaring koma berkepanjangan. Pria tersebut akhirnya dibolehkan untuk membiarkan putrinya itu meninggal setelah 16 tahun berada dalam kondisi koma.

Aku terpaku pada alinea pertama berita detikcom yang terhampar di mukaku yang kusut. Beberapa saat kemudian aku langsung habiskan berita itu sampai alinea terakhir. Ngenes! Sebagai seorang ayah, mungkin, ini mungkin, aku bisa sedikit rasakan bagaimana perasaan Beppino Englaro melihat anak yang dicintainya terbaring dalam kondisi vegetative state bertahun-tahun.

Bermula ketika pada tahun 1992 sepulang menjenguk salah satu temannya yang tengah koma, sebuah kecelakaan mobil menimpa Eluana Englaro. Saat menjenguk temannya Eluana sempat mencetuskan penolakannya untuk dirawat jika dirinya mengalami kondisi yang sama dengan temannya. Tapi ternyata takdir membawanya pada keadaan itu. Eluana koma selama 16 tahun.

Tulisan ini bukan hendak 'mengadili' keputusan Beppino Englaro, ayah Eluana. Tidak juga untuk mengamini penolakan berbagai pihak yang menolak --melalui pengadilan-- keputusan Beppino yang dianggap sebagai Euthanasia dengan melepas selang yang menyuplai makanan ke tubuh Eluana. Italia tidak mengizinkan praktek euthanasia yang menggunakan metode seperti penyuntikan obat dengan dosis mematikan. Pasien punya hak untuk menolak pengobatan, namun tak ada ketentuan yang mengatur jika pasien koma berkepanjangan.

Lebih jauh dari itu...

Keputusan Beppino-lah yang sebenarnya perlu dimengerti. Bagaimana seorang ayah sanggup menentukan pilihan paling menyakitkan atas keadaan anaknya. Tentu keputusan Beppino meminta pihak rumah sakit untuk mencabut selang itu didasari rasa cintanya yang teramat besar untuk anaknya. Ia tak sampai hati melihat Eluana (yang cantik itu) tergolek antara hidup dan mati selamanya. Dia lebih tahu, dia lebih merasakan --dibanding pihak yang menentang keputusan 'menyakitkan' itu-- kepedihan luar biasa untuk "mengakhiri" hidup Eluana, anaknya tercinta.

Aku Jadi ingat cuplikan cerita di buku Pin Yathay (Pertahankan Hidupmu Anakku -Kisah Nyata Korban Kekejaman Khemer Merah):
Orang bilang bahwa pengorbanan seorang ibu adalah mati bersama anaknya. Keliru--bila kematian sudah tak terelakkan, pengorbanan paling mulia seorang ibu adalah meninggalkan anaknya, hal itu untuk memperpanjang hidup anak itu.

Apapun itu, anak adalah cinta. Dia lahir karena cinta. Kita sebagai orang tua selayaknya menjaga, melindungi dan mendidiknya walaupun kadang harus melalui jalan terpahit...

Semoga ada keajaiban untuk Eluana...

9 comments:

  1. OrangTua adalah segalanya dimata sang anak begitupun sebaliknya anak adalah segalanya bagi OrangTua.
    Kebahagian sang anak merupakan kebahagiaan juga bagi OrangTua begitupun kebalikannya.
    Keputusan yang diambil oleh OrangTua adalah demi kebaikan dan kebahagian buat anak-anaknya bukan untuk menyakiti ataupun membunuh anaknya.
    Semoga saja semua Orang bisa mengerti kalau keputusan yang diambil oleh Ayah Eluana adalah dasar Cintanya kepada Putrinya bukan untuk menyakiti Eluana,meskipun keputusan itu akan menjadi derita baginya untuk selamanya.
    Tetapi jika ditanya pasti Dia sebagai OrangTua rela menukar nyawanya demi Eluana(mungkin saja).
    Richa juga turut berdoa,semoga saja ada keajaiban buat Eluana dan juga Ayahnya,Amin.

    Thanks Yoana. Salam kenal

    ReplyDelete
  2. Ini yang disebut buah simalakama. Kasian itu keluarga. Kita cuma bisa bantu doa aja.

    makasih-makasih-makasih....

    ReplyDelete
  3. Setuju mas,
    untuk anak yang saya cintai juga saya termotivasi memberi yang "terbaik" untuknya. salam kenal, terima kasih sudah meninggalkan comment di blog anak saya :)

    Sama-sama... :p

    ReplyDelete
  4. apapun yang dilakukannya, pasti dia telah memikirkannya sebelumnya. semua demi kebaikan anaknya.

    Betul. Thanks sudah mampir...

    ReplyDelete
  5. siapapun orangtua yg punya anak dlm kondisi seperti eluana pasti dihadapkan dilema yg besar.
    2 pilihan yg sulit... pada akhirnya hati-lah yg bicara bro...

    Betul Bro

    ReplyDelete
  6. Seandainya saja kesabaran selama 16 th itu ditambah beberapa hari atau mgkn hingga saat Tuhan memberikan keajaibanya...Mungkin penantian yang begitu lama akan menghasilkan harapan baru ,.tapi saat kesabaran dan pengorbanan itu dianggap ada batasnya ...Takdir sudah ditentukan....

    Miris banget bacanya ...

    saL4M ..

    Iya Bro, seandainya... Thanks sudah mampir...

    ReplyDelete
  7. aku pikir, Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi kemampuan kita. jadi...., sayang sekali keputusannya. sesungguhnya kita tidak lebih mencintai anak kita, lebih dari cinta tuhan kepadanya......!!!!!!!!!!

    Betul Bro, ada cinta yang lebih besar. Cinta dari Tuhan....

    ReplyDelete
  8. sangat dimengerti kenapa ayah Eluana mengambil keputusan itu karena pengalaman gw liat orang koma yang baru 6 thn aja rasanya ga tega padahal gw kenal sama orang itu..gimana perasaan keluarganya yang jelas2 mencintai dia..

    Iya Sis, aku baru baca aja dah ngenes. Apalagi mereka yang alami ya.

    ReplyDelete
  9. Keputusan yang berat ya..... Tapi apa ga sebaiknya pantang menyerah demi anak? Speechless...

    ... Iya Bro. Gak boleh nyerah buat anak....

    ReplyDelete