Monday, November 3, 2008

Dia Bukan Pusat Tata Surya!

Baru saja sakit hati, tapi tidak jadi. Nanti dikira aku seburuk pikirannya. Tapi apa mau dikata sakit hati ini tiba-tiba berdiri. Bukan sakit hati kepada dia, tapi sakit hati pada pemikirannya yang terlalu sempit.

Ada orang menulis tentang dirinya, tentang pemikirannya, tentang karakternya, tentang ka-aku-annya. Dia merasa dirinya adalah kebenaran, bahkan dia canangkan dirinya sebagai pusat tata surya pola pikir manusia. Dia mengaku manusia sosial, tetapi kepedulian dia hanya sebatas lidah (Yang sesungguhnya malah masukkan dia pada kelompok manusia 'tak peduli').

Orang yang aneh. Dia bicara tentang agama, dia bicara tentang hukum, dia bicara tentang Ketuhanan, tapi dia sendiri cerita tentang bagaimana dia tidak ambil pusing dengan sekelilingnya. Dia menjelekkan bangsa lewat mulutnya tapi malah dia sendiri yang permalukan bangsanya. Dia merasa menjadi bangsa dengan ras, pekerti, agama, sosial dan budaya yang tinggi tapi dia tak lebih dari orang yang menggerogoti pengetahuannya sendiri.

Dari tulisannya dia salahkan siapapun di sekelilingnya, orang tuanya, saudaranya dan semua kehidupan di sekelilingnya atas keadaannya sekarang. Tapi dia berdalih dan bersembunyi di balik kata-katanya yang berbisa dengan memutarbalikkan fakta.

Dia mengkultuskan dirinya sendiri dengan memiliki nilai keimanan yang teramat besar dengan selalu "dekat" dengan Tuhan (hanya Nabi, manusia yang sangat "dekat" denganMu). Karena nabi tidak punya dendam, tidak punya kebencian, penuh cinta kasih dan peduli dengan sekelilingnya. Sementara dia masih mempunyai kebencian pada sesama, menghasut orang membenci bangsa lain dan merasa bangsanya sendiri yang paling mengerti peradaban, keimanan, hukum dan pola pikir yang lebih tinggi dari bangsa lain. (Sayang sekali, mulutnya lebih besar dari isi kepalanya...)

Sepertinya tak ada cermin di rumahnya. Sepertinya tak ada atlas atau bola bumi di kamarnya. Jadi dia tak mengerti sedikitpun tentang siapa dia sesungguhnya, berada di mana dia sesungguhnya.

Di akhir tulisannya dia berkata bahwa hanya orang bodoh yang tersinggung, marah atau sakit hati. Seperti jebakan yang mengharuskan orang yang terusik --karena sisi manusianya justru lebih normal-- untuk HARUS diam dan mengamini opininya. Sementara yang diam akan dijadikan sekutunya karena dipaksa sepaham dengannya.

Masih saja ada orang biasa dari bangsa biasa yang merasa luar biasa. Semoga aku dijauhkan dari orang seperti itu. Dan semoga dia segera kembali menjadi manusia rendah hati yang berpikir manusiawi. Amin.

2 comments:

  1. siapa al? mana alamat blognya?
    (*penasaran

    ReplyDelete
  2. Assalamualaikum, wr wb
    Dengan Hormat,
    Dengan jari sepuloh, kami menghimbau sanak keluarga dan saudare mare yang jauh di mata untuk mengunjungi gubuk rumah pelantar kami di kampung blog; www.darwizar.blogdetik.com
    Terimakasih dan salam kenal selalu, amin.

    ReplyDelete